Logo ABC

Mengapa Negara-Negara Kaya Sasaran Empuk Kematian Dahsyat Corona

Pekerja medis di salah satu rumah sakit di New York yang kewalahan dengan banyaknya kasus COVID-19.
Pekerja medis di salah satu rumah sakit di New York yang kewalahan dengan banyaknya kasus COVID-19.
Sumber :
  • abc

Mengapa negara berpendapatan menengah di Asia memiliki kinerja yang baik?

Hal itu terkait dengan pengalaman dan kesiapan mereka. Bagi negara-negara Asia berpendapatan menengah, pandemi kali ini bukan yang pertama.

Flu babi pada tahun 2009, flu burung pada tahun 1990-an, dan SARS pada tahun 2003 terkonsentrasi di Asia, memberi pengalaman bagi Korea Selatan, Malaysia, Hong Kong dan Taiwan dalam menangani virus berbahaya.

Mereka lebih cepat menutup perbatasan, lebih cepat melakukan pengujian massal, dan menerapkan prosedur pelacakan lebi efektif.

Profesor Blakley menilai paparan negara-negara ini terhadap SARS telah mempersiapkan mereka menghadapi pandemi kali ini.

"Mereka sudah memiliki sistemnya. Mereka tahu apa yang harus dilakukan. Mereka bertindak cepat," katanya.

Profesor Jodie McVernon, direktur epidemiologi pada Doherty Institute, mengatakan negara-negara seperti Hong Kong, Singapura dan Korea Selatan memiliki kapasitas laboratorium yang besar, yang merupakan elemen penting dari respon awal.

"Penutupan perbatasan secara dini telah mengurangi risiko infeksi kasus impor dan merupakan pembeda utama antara respon Australia dengan AS dan Eropa," katanya kepada ABC.

korsel.jpg Korea Selatan berhasil melaksanakan uji cepat infeksi virus corona hingga 20 ribu tes perhari.

Reuters: Kim Kyung-Hoon

Apakah negara-negara Barat lalai?

Menurut Profesor McLaws, kurangnya pengalaman beberapa negara maju dalam mengahadapi pandemi mungkin turut berperan. Selain faktor kepemimpinan dan pemerintahan.

"Salah satu alasan mengapa Taiwan berhasil menanganinya adalah karena mereka menyiapkan ventilator sejak dini, langsung menutup perbatasan dengan China setelah mendengar apa terjadi di sana," katanya.

"Mereka sadar ini adalah bencana besar dan langsung memesan ribuan unit ventilator," jelasnya.

Prof McLaws menambahkan, WHO mengumumkan darurat kesehatan masyarakat pada 30 Januari, jadi seharusnya tidak satu pun dari 194 negara yang bisa berdalih tidak tahu.