Logo ABC

Mengapa Negara-Negara Kaya Sasaran Empuk Kematian Dahsyat Corona

Pekerja medis di salah satu rumah sakit di New York yang kewalahan dengan banyaknya kasus COVID-19.
Pekerja medis di salah satu rumah sakit di New York yang kewalahan dengan banyaknya kasus COVID-19.
Sumber :
  • abc

Sementara banyak negara miskin dan berpenghasilan menengah, sejauh ini selamat dari kondisi kematian seperti yang dialami negara-negara kaya.

Tidak ada penjelasan tunggal untuk memahami hal ini. Namun ada beberapa pengamatan umum yang masuk akal.

Dampak dari perjalanan internasional

Negara-negara yang paling terpukul merupakan negara yang paling banyak pergerakan manusianya secara internasional, dengan bandara-bandara tersibuk di dunia, dikunjungi ratusan juta penumpang setiap tahun.

Warga dari negara-negara kaya banyak melakukan perjalanan internasional dan menikmati hubungan perdagangan global terutama dengan China, tempat wabah ini bermula.

Perjalanan internasional ini tidak diragukan lagi telah menyebarkan virus corona dengan cepat dan efisien.

bandara.jpg Para pakar kesehatan masyarakat menyatakan virus corona terlebih dahulu menjangkiti negara-negara kaya akibat perjalanan dan perdagangan internasional.

Reuters: Ralph Orlowski

Faktor ini mengurangi kesempatan merespon penyebaran virus bagi kota-kota kosmopolitan seperti New York, London dan Paris.

Posisi mereka sebagai pusat internasional, justru membawa malapetaka.

Kurangnya perjalanan ke negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah membantu menjelaskan mengapa umumnya mereka selamat dari virus, setidaknya pada hari-hari awal pandemi.

Menurut Profesor Tony Blakely, ahli epidemiologi dari University of Melbourne, faktor ini menjadikan negara-negara tersebut memiliki lebih banyak waktu dalam merespon virus.

"Virus itu datang dari China dan menyebar ke negara-negara Asia Timur, kemudian dengan cepat menyebar ke Eropa dan Amerika Utara daripada misalnya ke India atau Afrika," katanya kepada ABC.

Dr Abrar Chughtai dari UNSW Sydney sependapat bahwa rendahnya jumlah "penyebar" dapat menjelaskan mengapa beberapa negara selamat sejauh ini.

"Untuk memulai pandemi, diperlukan sejumlah kasus penyebar dalam masyarakat," katanya.