AS Setujui Remdesivir Antivirus Corona namun Bikin Dokter Frustrasi
- Istimewa
VIVA – Remdesivir telah disetujui untuk menjadi obat antivirus bagi para pasien virus Corona COVID-19. hal itu cukup membuat para dokter gembira sebab obat itu memang terbukti efektif dalam melawan virus.
Namun kebingungan justru melanda para dokter khususnya di Amerika Serikat (AS) sebab ketika rumah sakit dengan kasus COVID-19 yang cukup banyak berusaha mendapatkan obat itu justru ditolak permintaannya. Remdesivir justru didapati ada di rumah sakit kecil dengan ruang rawat yang terbatas.
Hanya empat rumah sakit di Massachusetts misalnya yang diketahui menerima remdesivir. Tiga rumah sakit komunitas kecil dan Massachusetts General, rumah sakit pendidikan Universitas Harvard.
Para pejabat di Mass General mengatakan mereka bahkan belum meminta obat itu. Namun rumah sakit besar lainnya seperti diabaikan termasuk Boston Medical Center, yang memiliki banyak pasien Afrika-Amerika yang rentan.
"Ini gila," kata Dr. Rochelle Walensky, kepala penyakit menular di Mass General dikutip dari NYT.
"Kami tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi pada kami. Ada orang yang sangat marah karena mereka tidak mendapatkannya," tambahnya.
Adanya persetujuan remdesivir seharusnya bisa menjadi kemenangan untuk melawan Corona COVID-19. Tetapi distribusinya telah tersandung oleh pengambilan keputusan yang nampaknya berubah-ubah. Seperti obat lain yang digunakan di rumah sakit, remdesivir dipasok bukan oleh produsen, Gilead Sciences melainkan oleh distributor grosir, dalam hal ini sebuah perusahaan bernama AmerisourceBergen.
Setelah FDA memberikan persetujuan darurat, Gilead Sciences mengatakan akan menyumbangkan pasokan obat yang ada sekitar 1,5 juta botol. Obat itu cukup untuk mengobati sekitar 140.000 pasien yang dirawat di rumah sakit.
Rumah sakit yang membutuhkan remdesivir diminta untuk menghubungi AmerisourceBergen untuk mencari tahu apakah mereka ada dalam daftar fasilitas yang memenuhi syarat. Jika termasuk dalam daftar akan langsung di distribusikan. Jika tidak, rumah sakit akan ditolak. Daftar itu rupanya tidak disusun sendiri oleh AmerisourceBergen.
“pemerintah AS menganggap yang paling membutuhkan akan menerima prioritas dalam distribusi remdesivir yang disumbangkan. Gilead maupun AmerisourceBergen tidak memutuskan rumah sakit mana yang akan menerima remdesivir," tulis dalam situs web AmerisourceBergen.
Meski pemerintah yang memutuskan tidak jelas bagaimana pejabat federal membuat daftar rumah sakit yang paling membutuhkan atau bahkan rumah sakit apa yang ada di daftar itu.
"Fakta bahwa banyak rumah sakit dan daerah dengan tingkat kasus COVID-19 dan kematian yang tinggi tidak dimasukkan dalam distribusi awal menimbulkan pertanyaan signifikan tentang pengambilan keputusan FEMA dan HHS," kata Senator Kamala Harris, Demokrat dari California, dalam sebuah pernyataan.
Percobaan klinis federal yang menunjukkan remdesivir menjadi efektif termasuk pada sejumlah pasien yang sakit parah di antaranya mereka yang kadar oksigennya rendah hingga mereka yang menggunakan respirator. Namun data itu belum dipublikasikan. Hanya diumumkan oleh pejabat administrasi.
Akibatnya kini tidak ada pedoman klinis tentang cara terbaik untuk menggunakan obat itu. Apakah lebih baik memberikan pasokan remdesivir terbatas pada yang paling sakit parah atau lebih baik mulai dengan pasien yang tanpa gejala.
Baca juga: Dua Bulan Wabah Corona, Pengangguran di AS Ada 33 Juta Orang