Jepang Termasuk Sangat Sedikit Lakukan Tes Corona COVID-19, Mengapa
- bbc
Semua pemaparan tadi tidak keliru, menurut Kenji Shibuya, seorang profesor di Kings College London. "Dari sudut pandang dokter, itu masuk akal," ujarnya.
"Lupakan kasus dengan gejala ringan dan fokuslah pada kasus dengan gejala akut. Selamatkan banyak nyawa. Pusatkan tes untuk orang-orang yang bergejala," kata dia.
Namun dari sudut pandang ilmu kesehatan masyarakat, menurut Shibuya, penolakan pemerintah Jepang untuk menggelar lebih banyak tes sangat berisiko.
Shibuya merujuk sebuah kajian yang dikerjakan Universitas Keio, Tokyo.
Pekan lalu, rumah sakit di kampus itu menerbitkan hasil penelitian mengenai tes Covid-19 yang dilakukan terhadap pasien tanpa gejala dan yang dirawat bukan dengan prosedur Covid.
Hasilnya, menurut penelitian itu, sekitar 6% pasien dinyatakan positif mengidap Covid-19.
Itu adalah contoh kecil dan tidak bisa digeneralisasi. Tapi Shibuya tetap menganggap hasil kajian itu `sangat mengejutkan`.
"Kita benar-benar melewatkan banyak kasus tanpa gejala dan kasus dengan pasien yang mengalami gejala ringan," ujarnya.
"Jelas bahwa ada penyebaran virus di masyarakat. Saya sangat mencemaskan situasi ini."
Berapa banyak kasus yang dilewatkan? Dia tidak yakin. Namun merujuk penelitian Keio, Shibuya memperkirakan angkanya bisa 20 hingga 50 kali lebih besar dari data resmi.
Artinya, antara 280 hingga 700 ribu orang di Jepang berpotensi terinfeksi Covid-19.