Akankah Terjadi Ketimpangan Vaksinasi Corona Si Kaya dan Si Miskin?
- bbc
Diproduksi oleh Pfizer, vaksin yang laris manis itu disebut lebih laku daripada viagra, produk yang dianggap paling terkenal dari perusahaan multinasional itu.
Merujuk komitmen pembelian jumlah besar yang menurunkan harga, ongkos yang ditanggung Gavi atas satu dosis Prevenar untuk negara miskin kurang dari Rp48 ribu. Namun vaksin itu dijual seharga Rp2,8 juta di AS.
Getty Images
Biaya penelitian dan pengembangan untuk vaksin bisa melampaui angka Rp160 triliun.
Di Inggris, dua dosis vaksin HPV dijual seharga Rp5,8 juta. Sementara untuk jumlah yang sama, Gavi membayar sekitar Rp80 ribu.
Kecemasan pasar bebas
Jadi ada keuntungan yang lebih besar di pasar dengan pembeli kaya raya. Ini setidaknya dapat menutup ongkos pengembangan dan penelitian industri farmasi.
Asosiasi Industri Farmasi Inggris memperkirakan, pengembangan vaksin baru membutuhkan anggaran setidaknya Rp28,8 triliun.
"Jika kita membiarkan mekanisme pasar bebas menentukan, hanya orang-orang di negara kaya yang akan memililki akses terhadap vaksin Covid-19," kata Mark Jit, profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
"Kita menyaksikan fenomena itu pada masa lalu. Ini akan menyebabkan tragedi yang lebih besar jika situasi yang sama kembali terjadi," ujarnya.
Getty Images
Sekitar 80% penjualan vaksin di seluruh dunia dilakukan perusahaan farmasi besar.
Walau secara umum menghasilkan keuntungan yang tipis, perusahaan farmasi besar seperti Pfizer dan Merck menghasilkan 80% penjualan vaksin secara global, menurut data WHO.
Maka sebenarnya perusahaan farmasi besar sebenarnya bisa lebih berperan dalam pengembangan vaksin virus corona.
"Mereka mungkin tidak mengembangkan ide awalnya, tapi merekalah yang mempunyai kemampuan finansial untuk membuat vaksin," kata Ana Nicholls, peneliti industri farmasmi di Economist Intelligence Unit.