Ngeri, Neo Nazi Dunia Rayakan Wabah Corona Jadikan COVID-19 'Senjata'

Neo Nazi
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Pandemi Corona COVID-19 yang menjangkiti negara-negara di seluruh dunia saat ini membuat sebagian besar masyarakat khawatir . Di berbagai belahan bumi, virus ini menyebabkan krisis sosial, ekonomi dan politik yang cukup parah. Social distanding, physical distancing hingga lockdown dilakukan oleh sejumlah pemerintah negara.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Namun siapa sangka, virus yang saat ini telah menjangkiti ratusan ribu jiwa dan telah membunuh lebih dari 23 ribu jiwa ini justru disambut baik oleh segelintir orang, kalangan yang ekslufif dan golongan sayap kanan.

Dikutip dari Aljazeera, mereka yang menyambut baik hal ini adalah para kelompok sayap kanan garis keras, akselerasionis paling keras, kaum neo-Nazi yang kejam yang berharap peradaban umat manusia hancur. Kaum Neo Nazi berharap Corona COVID-19 bisa dijadikan senjata biologis. 

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

“Situasinya sudah matang untuk dieksploitasi oleh sayap kanan” kata Cynthia Miller-Idriss, seorang sosiolog di American University sekaligus pakar  fenomenasayap kanan.

Selain memasukkan ke dalam ‘Ide-ide percepatan dan apokalitik’, Miller-Idriss juga mengatakan bahwa ketidakpastian yang diciptakan pandemi ini bak menjadi lahan subur untuk klaim tentang perubahan dan solusi yang ditawarkan para sayap kanan.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Seorang pemimpin gerakan perlawanan Nordik (NRM), sebuah gerakan Neo Nazi yang berbasis di Eropa utara mengatakan bahwa ia menyambut baik pandemi ini sebagai langkah yang diperlukan untuk membantu menciptakan dunia yang ingin dilihat oleh kelompoknya.

“COVID-19 mungkin tepat seperti yang kita butuhkan untuk mewujudkan pemberontakan nasional yang nyata dan penguatan kekuatan politik revolusioner,” kata pemimpin cabang NRM Swedia Simon Lindberg yang menulis di situs web mereka.

“Kita tidak bisa membangun masyarakat yang bertahan ribuan tahun untuk masa yang akan datang di atas pondasi yang busuk hari ini. Tetapi sebaliknya, kita harus membangunnya di atas reruntuhan ciptaan mereka,” tambah Lindberg

NRM yang digambarkan sebagai kultus Neo-Nazi diketahui saat ini sedang dalama perkara pengadilan perihal legalitasnya yang dipernyatakan. Namun NRM punya tak sedikit pengikut.

Menurut kepolisian Norwegia, seorang pemuda berusia 22 tahun yang menyerang masjid pada Agustus 2019 lalu, pernah melakukan kontak dengan NRM.

Beberapa gerakan gerakan sayap kanan lainnya memandang pandemi sebagai kesempatan untuk mendorong pesan-pesan rasis dan xenophobia.

Di Jerman, anggota dari kelompok Neo Nazi Die Rechte (Kaum Kanan) mengatakan bahwa seharusnya perbatasan Jerman ditutup beberapa minggu lalu bagi orang-orang non-Eropa.

Kelompok sayap kanan Jerman lainnya, Der Dritte Weg (Jalan Ketiga) juga mengatakan bahwa virus tersebut dieksploitasi oleh para pemimpin Jerman sebagai ‘taktik pengalih’  untuk menghempang derasnya arus pengungsi dan migran Timur Tengah.

Sedangkan di Ukraina, seorang tokoh sayap kanan Azov mengatakan lewat aplikasi Telegram bahwa penyebaran Covid-19 umumnya bukan kesalahan orang kulit putih dan menyatakan bahwa etnis minoritas di Italia sendiri seharusnya disalahkan untuk penyebaran virus di sana yang telah memakan korban 8 ribu jiwa lebih.

Pesan tersebut berada di Telegram, sebuah aplikasi pesan daring yang banyak mendapat kritik karena memungkinkan konten yang secara terang-terangan muncul, orang-orang sayap kanan menyambut baik COVID-19.

“Kanal Telegram akselerasionis neo-Nazi telah meningkatakan seruan mereka untuk destabilisasi dan kekerasan terkait Covid-19,” kata seorang peneliti Amerika yang memantau gerakan ektremis internasional, Joshua Fischer.

Ia menambahkan kanal-kanal tersebut memperlakukan situasi seperti sekarang untuk mencoba meningkatkan ketegangan dan kekerasan.

Salah satu kanal neo-Nazi mendesak anggotanya untuk sengaja batuk di gagang pintu sebuah sinagog. Seorang pengikut lain yang terinfeksi COVID-19 didesak untuk menyemprotkan air liurnya ke wajah polisi.

Ada juga sebuah kanal yang memuji seorang pria di New Jersey karena batuk pada seorang karyawan toko kelontong dan mengklaim bahwa dirinya menderita COVID-19.

Seruan untuk menyebarkan COVID-19 tidak hanya di Telegram. Baru-baru ini di Discord, sebuah aplikasi obrolan daring, bocor sebuah obrolan Divisi Freuerkrieg yang ingin menularkan orang-orang Yahudi dan orang lain jika ada anggota mereka yang positif terjangkit COVID-19.

Divisi Freuerkrieg adalah kelompok kecil neo-Nazi yang terdapat di AS dan Eropa yang anggotanya berencana melakukan aksi kekerasan. Beberapa anggota kelompok termasuk yang masih remaja, belakangan ini ditangkapi karena tindakan kekerasan yang mereka lakukan atas kebencian rasial yang amat dangkal.

Baca juga: Pemerintah Akhirnya Siapkan Aturan soal Lockdown Corona

Laporan: Dion Yudhantama

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya