Sipir dan Tahanan Wanita Kabur Bersama dari Penjara Super Ketat Korut
- bbc
Ketika bertemu Kim, gagasannya masih berupa benih, namun saat berbincang, mereka lalu berpegang pada gagasan tersebut.
- BBC
Hubungan mereka memang tidak biasa, dan tentu saja tidak khas untuk seorang tahanan dan sipir.
Para narapidana bahkan tidak diizinkan untuk melihat langsung kepada para penjaga, kata Jeon. Mereka "seperti langit dan bumi".
Namun ia akan memanggilnya dengan cara berbisik untuk berbincang lewat jeruji besi pintu selnya.
"Di sana terdapat sebuah kamera pengawas, namun jika listrik tengah padam, Anda sering kali tidak bisa melihat rekamannya dan kadang-kadang mereka memindahkan posisinya.
"Semua narapidana tahu siapa yang dekat dengan siapa, tetapi para sipir memegang kekuasaan di penjara."
Jeon mengatakan melakukan penjagaan ekstra terhadap Kim. "Saya merasa ada keterikatan," katanya.
Lantas, sekitar dua bulan setelah mereka pertama kali bertemu, persahabatan mereka semakin bermakna.
Kim diadili dan dihukum empat tahun, tiga bulan, di kamp penjara Chongori yang ditakuti.
Kim tahu bahwa mustahil baginya untuk lolos dari Chongori hidup-hidup.
Wawancara dengan para mantan tahanan di sana mengungkap tentang kekerasan yang merajalela di penjara-penjara Korea Utara.
"Saya putus asa, berkali-kali saya berpikir untuk bunuh diri. Saya hanya bisa menangis dan menangis," katanya.
"Ketika Anda pergi ke kyohwaso (kamp penjara) Anda kehilangan kewarganegaraan Anda," kata Jeon. "Anda bukan manusia lagi. Anda tidak berbeda dari binatang."
Suatu hari ia membisikkan kata-kata kepada Kim yang mengubah hidup mereka selamanya.
"Saya ingin membantumu. Kamu bisa mati di kamp penjara. Satu-satunya cara saya bisa menyelamatkanmu adalah dengan membantumu keluar dari sini," katanya.
Tetapi seperti kebanyakan orang Korea Utara, Kim belajar untuk tidak memercayai orang lain. Ia pikir itu bisa saja berupa tipuan.
"Jadi saya menantangnya dengan mengatakan: `Apakah Anda seorang mata-mata?` Apa yang Anda dapatkan dari memata-matai saya dan menghancurkan saya? tapi ia tetap mengatakan bahwa ia bukan mata-mata. "
Akhirnya Jeon mengatakan kepadanya bahwa ia bukan hanya ingin membantunya kabur ke Korea Selatan, namun ia pun ingin ikut dengan Kim.
- BBC
Ia mengungkap tentang prospeknya yang dipengaruhi oleh kastanya yang rendah karena memiliki kerabat di Korea Selatan - perpecahan nasional yang ditimbulkan oleh Perang Korea.
Namun kerabat tersebut juga menjadi sumber harapan untuk masa depan yang lebih baik.