Uighur China: Ditahan Gara-gara Janggut, Jilbab dan Internet
- bbc
China sejak lama menyebut tindakan-tindakannya di Xinjiang sebagai bagian dari tanggapan darurat atas ancaman ekstremisme dan terorisme.
Karakax List memang menampung sejumlah referensi jenis kejahatan yang dimaksud, seperti enam kasus penyiapan, praktik, atau pemicuan tindak terorisme dan dua kasus menonton video-video ilegal.
Namun, fokus penghimpunan dokumen ini tampak bukan terorisme itu sendiri melainkan keyakinan beragama. Lebih dari 100 kali "atmosfer keagamaan" di rumah disebutkan.
Karakax List tidak punya cap atau tanda otentik bahwa dokumen ini buatan pemerintah sehingga sulit diverifikasi.
Diperkirakan dokumen ini diloloskan dari Xinjiang sebelum akhir Juni 2019, bersama dengan berkas-berkas sensitif lainnya.
Berkas-berkas itu kemudian berada di tangan seorang eksis Uighur yang tidak disebutkan identitasnya. Olehnya, berkas-berkas tersebut diserahkan, kecuali dokumen ini.
Ketika rangkaian pertama dipublikasikan tahun lalu, Karakax List lantas diteruskan ke seorang Uighur lainnya yang tinggal di Amsterdam, Asiye Abdulaheb.
Dia berkata kepada BBC, dirinya yakin dokumen ini asli.
Asiye Abdulaheb memutuskan untuk angkat bicara, walau ada bahaya. - BBC
"Terlepas apakah ada cap resmi pada dokumen atau tidak, ini adalah informasi mengenai orang nyata, hidup," ujarnya. "Ini adalah informasi privat mengenai orang-orang yang tidak akan dirilis ke khalayak. Jadi tidak mungkin pemerintah China mengklaim dokumen ini palsu."
Sebagaimana halnya dengan semua orang Uighur di luar negeri, Abdulaheb hilang kontak dengan keluarganya di Xinjiang sejak kebijakan penahanan dimulai.
Dia mengaku dirinya tidak punya pilihan selain merilis dokumen itu, meneruskanya ke organisasi media internasional, termasuk BBC.
"Tentu saja saya khawatir dengan keselamatan keluarga dan teman saya," katanya. "Namun jika semua orang tetap bungkam karena mereka ingin melindungi diri dan keluarga mereka, maka kita tidak akan pernah mencegah kejahatan ini dilakukan."