Korban Meninggal Akibat Virus Corona Jadi 170 Orang
- SCMP
VIVA – Korban meninggal dunia akibat wabah virus corona hingga hari ini di China sudah mencapai 170 orang. Adapun jumlah kasusnya meningkat 1.737 menjadi 7.711 kasus.
Angka kematian baru bertambah 38 orang dibanding hari sebelumnya, dengan 37 orang korban jiwa di pusat wabah, yakni Provinsi Hubei dan satu orang di Provinsi Sichuan.
Akibat makin bertambahnya korban jiwa, sejumlah negara telah mengevakuasi warganya dari sejumlah kota terdampak virus, khususnya Wuhan yang merupakan wilayah pertama kali ditemukan virus tersebut. Beberapa negara yang telah memulangkan warganya, di antaranya Amerika Serikat, Jepang. Bahkan, menurut Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, tiga dari 206 warga Jepang yang kembali dari Wuhan pada Rabu lalu positif terjangkit virus corona.
Selain dua negara tersebut, negara yang juga memulangkan atau akan mengevakuasi warganya dari Wuhan, China, yakni Prancis, Selandia Baru, Australia dan beberapa negara lainnya.
Dikutip dari Fox Business, Kepala Program Kesehatan Organisasai Kesehatan Dunia (WHO) Michael Ryan bilang, beberapa kasus penyebaran virus antarmanusia di luar China sebagai hal yang sangat mengkhawatirkan. Karena itu, para ahli kesehatan WHO akan berkumpul pada hari Kamis waktu setempat, 30 Januari 2020 untuk mempertimbangkan apakah akan mengumumkan keadaan darurat global. Virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih banyak orang di China dibanding dengan wabah SARS yang terjadi pada 2002-2003.
Ryan telah berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa pada Rabu, 29 Januari 2020 setelah kembali dari perjalanannya ke Beijing untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan sejumlah pemimpin senior lainnya. Menurutnya, negara tirai bambu itu telah mengambil sejumlah langkah luar biasa untuk menghadapi tantangan besar yang ditimbulkan oleh wabah virus tersebut.
Hingga kini, dari sekitar 99 persen kasus di China, Ryan memperkirakan tingkat kematian akibat virus baru 2 persen. Tapi angka itu masih sangat dini karena kasus dan kematian terus berfluktuasi.
Para peneliti mengatakan bahwa ada banyak pertanyaan yang harus dicari soal virus ini, termasuk betapa mudahnya virus ini menyebar dan seberapa parah virus tersebut. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Rabu, peneliti China mengatakan bahwa penyebaran virus antarmanusia terjadi sejak pertengahan Desember 2019 lalu.