Foto Sebelum dan Sesudah Kebakaran Hebat di Australia, Miris!
- abc
Musim kebakaran hutan di Australia selalu diprediksikan mengerikan. Tetapi cuaca panas yang telah melanda selama berbulan-bulan di Australia, dan masih akan berlangsung, sudah meninggalkan luka yang membekas bagi negara ini.
Skala kebakaran sangat besar: hampir 11 juta hektar lahan hangus, lebih dari 2.000 rumah hancur, 23 nyawa hilang, dan diperkirakan 1 miliar lebih hewan mati.
Musim kebakaran sudah berlangsung sejak minggu kedua bulan November 2019, tapi situasinya mengerikan menjelang Natal dan Tahun Baru.
Diskusi pun menyeruak seputar apakah kebakaran ini situasi normal yang baru atau justru sebagai gambaran akan situasi yang jauh lebih buruk di masa depan, akibat perubahan iklim yang cepat.
Tapi, satu hal pasti yang sudah kita ketahui adalah daerah yang terkena dampak membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, untuk pulih.
Lihatlah beberapa kerusakan yang terjadi selama dua minggu terakhir ini di beberapa wilayah di Australia.
Pesisir Selatan New South Wales Jalanan Utama Kota Cobargo.
Google Maps
Petugas pemadam kebakaran memeriksa lokasi kebakaran di Cobargo, 1 Januari 2020.
AAP: Sean Davey
Wisatawan menyukai kota Cobargo di sebelah selatan New South Wales, yang terkenal dengan jalan utamanya yang kuno dan antik.
Di sepanjang jalan bisa ditemui deretan etalase antik dari abad lalu, yang kini menjadi kedai teh, galeri seni, dan toko barang antik.
Warga yang berjumlah 776 orang itu pun menyukainya.
Tetapi badai api yang menghantam Cobargo pada tanggal 31 Desember 2019 telah menghancurkan jalan utama dan menewaskan dua orang.
Orang-orang yang bertahan di Cobargo masih ingat bagaimana api mendekati pinggiran kota: berwujud sinar merah pekat di atas jalan utama, disertai oleh bunyi deru api yang jelas terdengar, sebelum akhirnya badai itu menghantam kota.
Petugas pemadam kebakaran menggambarkan api yang menyerang kota seperti lautan api yang tidak terkontrol dan melenyapkan semua yang ada di jalurnya.
Ketika warga mengungsi kembali ke Cobargo, jelas bagi mereka jika kota itu tidak akan pernah sama lagi.
Toko Kerajinan Kulit Roman di Mogo.
Google Maps
Puing toko kerajinan kulit Roman di Mogo setelah kebakaran.
Supplied: Lorena Granados
Di pagi hari menjelang malam pergantian tahun, sesaat setelah warga Cobargo mendapat pesan untuk meninggalkan kota melalui telepon genggam mereka, warga Mogo juga menyaksikan bagaimana api meluluhlantakkan rumah dan tempat usaha mereka.
Api dari Clyde Mountain telah mengancam Teluk Batemans dari utara selama berminggu-minggu sehingga menyelimuti kota itu dengan asap.
Saat akhir tahun mendekat, api membesar dengan cepat, menyatu dengan Api Currowan dari selatan. Penduduk menyelamatkan diri menuju Teluk Batemans.
Jembatan Sungai Clyde di Teluk Batemans.
Supplied
Mobil pemadam kebakaran melintasi jembatan di Teluk Batemans, 4 Januari 2020.
AAP: Dean Lewins
Lebih jauh ke utara, "megafire" yang telah melalap Cobargo bergerak ke timur dari pedalaman Braidwood menuju Danau Conjola.
Banyak keluarga yang berlibur terperangkap oleh kobaran api.
Seluruh jalan di perumahan di sekitar Conjola Park lenyap.
Asap yang sangat tebal telah menghalangi jarak pandang lebih dari 50 centimeter.
Puing rumah di Conjola Park setelah terbakar, 1 Januari 2020.
ABC News: Selby Stewart
East Gippslands
Kondisi yang lebih buruk mengancam wilayah selatan di negara bagian Victoria, dengan ibukota Melbourne.
Beberapa kebakaran telah melanda seluruh wilayah sejak November, tetapi sebagian besar kondisi ini tertelan oleh kehancuran di sepanjang pantai NSW, sampai menjelang Natal saat segala sesuatunya berubah.
Satu kebakaran hutan berdampak pada cuaca setelah kobaran api membesar empat kali lipat.
Pihak berwenang mendesak mereka yang mendiami East Gippsland, termasuk sekitar 30.000 wisatawan, untuk mengungsi.
Jembatan Sungai Clyde di Teluk Batemans.
Supplied
Mobil pemadam kebakaran melintasi jembatan di Teluk Batemans, 4 Januari 2020.
AAP: Dean Lewins
Mallacoota
Kebakaran besar yang dialami East Gippsland kemudian menjalar ke Mallacoota, di mana pihak otoritas lokal mengkhawatirkan badai api yang bisa menelan kota.
Ribuan orang mengungsi ke lokasi yang dekat dengan air, saat api mendekati tempat-tempat tujuan wisata popular.
Sebagian melarikan diri dengan menggunakan perahu, sementara sebagian lainnya dihadapkan pada opsi untuk menceburkan diri ke laut jika api sudah terlalu dekat.
Pada hari pertama tahun baru, jalanan di kota tepi pantai yang indah ini berubah menjadi puing-puing.
Di hari-hari berikutnya penduduk dan para wisatawan yang masih terkepung oleh kebakaran dievakuasi oleh kapal milik Angkatan Laut dan transportasi udara.
Mallacotta, salah satu daerah tujuan wisata yang populer.
Google Maps
Evakuasi warga dan pengunjung Mallacotta.
AAP/Department of Defence: Helen Frank
Ketika api menyapu ke arah timur, Kawasan Ibukota Australia (ACT) bersiap untuk melihat apakah api juga akan melintasi perbatasan Canberra, yang sudah lebih dulu terkena dampak.
Gedung Parlemen Australia di Canberra.
ABC News
Kondisi kota Canberra yang diselimuti asap, 1 Januari 2020.
AAP: Lukas Coch
Kangaroo Island
Di Australia Selatan, kobaran api yang sudah mulai menyala di Kangaroo Island sejak akhir Desember, kemudian semakin membesar hingga akhirnya tak bisa dijinakkan.
Taman Nasional Flinders Chase di Kangaroo Island.
Supplied: SA Tourism
Situasi Taman Nasional Flinders Chase setelah dilanda kebakaran, 7 Januari 2020.
AAP: David Mariuz
Seiring dengan terjangan api yang merembet ke wilayah timur pulau, evakuasi dilakukan di sejumlah kota-kota kecil di sekitarnya.
Dua pria, Dick Lang dan putranya, Clayton, tewas setelah mereka terkurung oleh api di kawasan Playford Highway.
Setidaknya 200.000 hektar, hampir setengah dari pulau itu, hancur.
Di seluruh negeri, tunas baru akan tumbuh menembus tanah dan abu. Puing-puing akan dibersihkan dan rumah-rumah dibangun kembali.
Tetapi butuh waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan bekas luka yang ditinggalkan oleh bencana ini.
Pulau Kangguru sebelum diterjang kebakaran hutan.
Google Maps
Kondisi Pulau Kangguru setelah kebakaran.
AAP: David Mariuz