31 Desember: Dua Penguasa Dunia Tumbang, Salah Satunya Akibat Korupsi

Bendera VOC.
Sumber :
  • zoom.nl

VIVA – Hari ini, 31 Desember, dua penguasa dunia tumbang di tahun yang berbeda. Keduanya adalah Dutch East India Company (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC Belanda) dan Uni Soviet.

Berdasarkan data yang diolah VIVA, VOC, yang tumbang alias bangkrut pada 1799, adalah perusahaan dagang Belanda yang sukses karena melakukan monopoli perdagangan di seluruh dunia, termasuk Hindia Belanda, nama Indonesia sebelum merdeka.

Bubarnya perusahaan bernilai US$7,9 triliun atau Rp111 ribu triliun ini dimulai sejak terjadinya Perang Inggris-Belanda pada 1780 hingga 1784. Hal ini makin diperparah dengan pendudukan Prancis atas ibukota Belanda, Amsterdam, pada 1795.

Perusahaan dagang yang berdiri pada 20 Maret 1602 itu pun lalu dinasionalisasi oleh Pemerintahan Batavia yang baru. Kabarnya tak hanya karena perang, VOC gulung tikar. Ada beberapa penyebab lainnya. Mulai dari korupsi, beban ongkos perang yang dikeluarkan, beban dividen, hingga perubahan politik Belanda.

Tidak mengherankan karena sepak terjang VOC sangat kuat karena diberi hak-hak istimewa oleh Pemerintah Belanda, seperti hak monopoli perdagangan dan hak kedaulatan.

Oleh sebab itu, VOC seperti negara di dalam negara karena bisa memiliki angkatan perang sendiri, ambil keputusan untuk berperang, mendirikan pemerintahan sendiri, punya mata uang sendiri, hingga mengambil pajak.

Mikhail Gorbachev

Mikhail Gorbachev.
Fitroh Rohcahyanto, Jaksa Eks Direktur Penuntutan Kini Jadi Pimpinan KPK

Berkuasa selama 177 tahun, setelah diketahui tumbang, Pemerintah Belanda langsung menyita semua aset-aset VOC, termasuk daerah-daerah kepemilikan di Hindia Belanda. Sementara itu, Uni Soviet, yang pernah menjadi musuh besar bagi negara adidaya lainnya, Amerika Serikat (AS), juga bubar.

Bubarnya negara yang berdiri pada 25 Oktober 1917 ini akibat krisis ekonomi dan politik berkepanjangan. Ditambah lagi, paket reformasi ala Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev, glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi), semakin membuat internal negara paling luas di dunia itu berantakan.

Puluhan Tersangka Korupsi Belum Ditahan KPK, Alex Marwata Singgung Beban Kerja Penyidik

Karena dua kebijakan itu, maka penyensoran media tak lagi ketat. Hal ini menyebabkan Partai Komunis Uni Soviet tidak dapat berbuat banyak saat media mulai menyingkap masalah-masalah sosial dan ekonomi yang telah lama disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah.

Masalah seperti perumahan yang buruk, konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman sejak masa Stalin dan Brezhnev, serta korupsi yang sebelumnya diabaikan oleh media resmi, kini mendapatkan perhatian yang semakin besar.

Menguak Fakta Korupsi dalam Revitalisasi Situs Sejarah di Indonesia

Belum lagi soal Perang Afganistan dan kekeliruan penanganan Bencana Chernobyl di Ukraina, semakin merusak citra pemerintah. Keyakinan masyarakat terhadap sistem pemerintahan yang totaliter semakin melemah sehingga mengancam integritas Uni Soviet.

Puncaknya, Mikhail Gorbachev meletakkan jabatan sebagai Presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991 dan memberikan kekuasaannya kepada Boris Yeltsin. Satu hari kemudian, Majelis Agung Uni Soviet membubarkan diri, sekaligus menandakan musuh besar AS itu tumbang pada malam Tahun Baru 1991.

Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika di KPK

KPK Usut Jual Beli Aset Milik Anggota DPR Anwar Sadad di Kasus Dana Hibah Jatim

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut mendalami soal dugaan adanya jual beli aset milik Anggota DPR RI fraksi Partai Gerindra Anwar Sadad.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024