ISIS Bidik Asia Tenggara, Indonesia Waspadalah
- DW
VIVA – Kelompok teroris ISIS diprediksi mengalihkan basis operasinya dari Timur Tengah ke Asia Tenggara. Hal ini disebabkan pascakematian Abu Bakr al-Baghdadi sebagai pemimpin ISIS.
"Kami akan tetap waspada terhadap ancaman yang muncul dari para mantan pejuang ISIS yang balik dari Timur Tengah," kata Menteri Dalam Negeri Malaysia, Muhyiddin Yassin, seperti dikutip dari Straits Times, Kamis, 28 November 2019.
Ia meyakini bahwa kematian Abu Bakr al-Baghdadi akan membuka babak baru operasi teror ISIS setelah mereka kehilangan banyak wilayah di Suriah dan Irak. "Atas alasan itulah ISIS mencari basis operasi yang baru. Dan, Asia Tenggara dibidik," ungkapnya.
Kehancuran ISIS ternyata menambah tugas sejumlah negara termasuk Indonesia dan Malaysia. Saat ini sekelompok warga negaranya dilaporkan masih terjebak di Suriah setelah berjuang bersama ISIS dan meminta dipulangkan ke rumah.
Hal itu memunculkan kekhawatiran bahwa para eks pejuang ISIS ini akan membawa nilai-nilai ideologi bahkan menebarkan ajarannya ketika pulang ke negara masing-masing.
Meski begitu, negara tetangga Indonesia ini tengah berupaya memulangkan sekitar 40 warganya dari Suriah yang sampai saat ini masih ditahan akibat diduga menjadi pengikut ISIS.
"Kami telah berhasil menggagalkan 25 rencana serangan teror ISIS dan menangkap lebih dari 512 orang yang diduga memiliki hubungan dengan mereka selama enam tahun terakhir," jelas Muhyiddin.
Sebagai informasi, sejak kejadian serangan bom Thamrin di Jakarta pada 2016, Malaysia terus menempatkan negaranya dalam status siaga tinggi terorisme. ISIS juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan granat di sebuah bar di pinggiran Kuala Lumpur pada Juni 2016.
Itu adalah serangan pertama ISIS di negara tetangga Indonesia tersebut. Pasukan khusus Amerika Serikat (AS), Delta Force, berhasil menggerebek lokasi persembunyian pentolan ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi di Provinsi Idlib, Suriah, pada Sabtu, 26 Oktober 2019.
Meski tewas akibat bom yang menempel di rompi yang dipakai al-Baghdadi, namun penemuan tokoh teroris nomor wahid yang kepalanya dihargai US$25 juta atau Rp350 miliar itu sangat melegakan berbagai pihak.
Bahkan Presiden AS Donald Trump menyatakan bangga atas prestasi yang diraih militer AS tersebut. "Penjahat besar yang berusaha keras mengintimidasi orang lain. Tapi dia menghabiskan hari-hari terakhirnya dalam ketakutan. Dia panik dan takut ketika pasukan Amerika mendatanginya," katanya.
Ia lalu bercerita bahwa al-Baghdadi tewas akibat bom bunuh diri yang melekat di rompi yang menempel pada tubuhnya di sebuah terowongan buntu. Setelah dilakukan tes DNA maka mayat al-Baghdadi kemudian dibuang ke laut.
Trump juga memberikan selamat kepada militer AS yang sukses melumatkan pentolan teroris yang paling dicari di Suriah tersebut. Tidak ada korban jiwa dari pasukan AS.