Sisters of the Valley, Para 'Biarawati' dan Kekuatan Medis Ganja
- dok. instagram @sistersofthevalley
VIVA – Di Merced County, California ada pertanian kecil serta rumah bergaya ranch yang modern. Di tempat itulah, Sisters of the Valley menanam ganja dan menjadikannya ladang bisnis.
Para perempuan yang juga dikenal dengan nama the weed nun, memang bukan biarawati sungguhan. Mereka tidak terhubung dengan agama mana pun. "Kami bukan perkumpulan agama, gaya hidup kami bahkan sebelum era Kristen", kata Christine Meeusen alias suster Kate, sang pendiri komunitas.
Para 'biarawati' di sana mempercayai spritual, penyembuhan hingga feminisme dari krim CBD yang mereka produksi. "Kami percaya minyak ganja bagaikan minyak suci," kata Christine, dikutip dari All that's interesting.
Mereka membuat produk dari varietas ganja tanpa kandungan THC tapi masih terdapat CBD atau cannabidiol. Para 'biarawati' percaya produk mereka bisa menyembuhkan insomnia, radang sendi, kelelahan hingga PTSD.
Christine mengklaim, produknya tergolong ganja medis. "Produk kami tergolong rumput-rumputan karena enggak bikin teler, tapi itu terbuat dari ganja asli," katanya.
Sisters of the Valley digagas oleh Christine Meeusen. Christine kecil dibesarkan dalam keluarga katolik yang taat. Saat dewasa, dia punya karier cemerlang dan suami yang terlihat penyayang, sayangnya ia dikhianati. Sang suami yang ternyata masih beristri, membawa kabur tabungan mereka senilai US$ 1 juta. Christine harus berjuang membesarkan kedua anaknya sendiri dan memulai dari nol. Beberapa kali bisnisnya gagal dan ditipu.
Hingga ia bergabung dalam gerakan untuk melawan ketidakadilan sosial. Ia mengikuti parade dengan mengenakan kostum biarawati, yang merupakan tantangan dari anak-anaknya. Itulah awal mula munculnya 'biarawati', saat ia menggunakan simbol tersebut dalam kehidupan barunya.
The Sisters of the Valley mengelola produk berbasis ganja mereka dengan sangat serius. Mereka mengaku memberi produknya kekuatan penyembuhan yang dilakukan lewat serangkaian ritual. Uniknya, mereka cuma memproduksi antara periode bulan baru hingga bulan purnama. Saat waktunya tiba, cahaya bulan akan ‘memberkahi’ pekerjaan mereka, dan para 'biarawati' itu pun mengucap syukur.
Mereka kemudian melafalkan mantra dan mengucap sumpah. "Kami punya enam sumpah. Kami bersumpah untuk melayani, sumpah aktivisme hingga kesucian yang membutuhkan privatisasi seksualitas kami," kata Catherine.
Mereka tidak diharuskan hidup selibat tapi diminta untuk menjaga kehidupan seksualitasnya secara privat. Mereka juga bersumpah untuk hidup sederhana. Para biarawati juga mengambil sumpah ekologi, di mana mereka tidak boleh menyakiti alam saat memproduksi. Mereka menjual produk berbahan ganja dalam bentuk minyak, gel, krim oles, sabun dan lain-lain secara online melalui website.