Nasib Tragis Remaja Jepang di AS, Ditembak Tanpa Alasan hingga Tewas
- ANTARA/Andika Wahyu
Penembakan Yoshi menjadi pemberitaan global dalam semalam. Peristiwa itu mengejutkan orang-orang di Jepang, negara yang melarang kepemilikan senjata api.
Masa dan Mieko secara kilat mengambil sikap. Mereka memulai gerakan di Jepang yang menuntut penghentian akses kepemilikan senjata api pribadi di AS.
"Kami memulai sebuah petisi dari kejadian itu. Mieko menulis rancangan kampanye antisenjata api pribadi di pesawat dalam perjalanan Louisiana ke Jepang," kata Masa.
Sementara di Baton Rouge, persidangan Rodney Peairs menjadi semacam sirkus media massa.
Awalnya kepolisian membebaskan Peairs tanpa tuntutan apapun. Mereka beralasan, Peairs berhak menembak orang yang menyelinap masuk pekarangannya.
Namun setelah muncul komplain dari gubernur Louisiana dan konsulat Jepang di New Orleans, Peairs dituduh melakukan pembunuhan.
Tim penasehat hukum Peairs berupaya keras membela perbuatan kliennya sebagai upaya mempertahankan diri. Mereka berkata, Peairs bukanlah pembunuh.
Peairs disebut sebagai `seorang tetangga Anda` yang beraksi atas tindak tanduk Yoshi yang mencurigakan.
Sementara itu, Bonnie Peairs, istri Rodney, berkata di pengadilan bahwa Yoshi menakutinya. Pada malam kejadian itu, ia mengaku meminta suaminya mengambil senjata.
Seluruh pembelaan itu berhasil. Mei 1993, Rodney Peairs dibebaskan dari seluruh dakwaan setelah juri berunding selama tiga jam.
Masa Hattori menghadiri persidangan itu. Ia mendengarkan tudingan yang diarahkan kepada Yoshi, yaitu `peserta pertukaran pelajar asal Jepang yang hiperaktif, yang mengira pekerjaannya adalah menakuti orang-orang`.
Namun Masa dan Mieko tetap tak mundur dari gerakan mereka yang mendesak kontrol ketat senjata api.
"Kami kira Peairs juga korban dari sistem yang berlaku di AS. Putusan bebas Peairs tidak berkaitan dengan kampanye kami," kata Masa dan Mieko.
`Kawan sekamar Bill Clinton`
Petisi yang dibuat keluarga Hattori dengan cepat meraih simpati publik. Tercatat sekitar 1,7 juta warga Jepang meneken petisi tersebut.
Kisah Yoshi mendominasi halaman utama dan tayangan berita mayoritas media massa Jepang. Dick Haymaker juga berinisiatif mengumpulkan tanda tangan petisi di AS, demi membantu keluarga Hattori.
Dick mengumpulkan 150 ribu tanda tangan di akhir upayanya.
"Dia menghabiskan tahun itu untuk memperluas jangkauan petisi. Upaya itu dilakukan sebelum era surat elektronik, situs internet, Facebook. Jadi semuanya harus melalui telepon dan snail mail," kata Holley.