PBB Krisis Keuangan, Eskalator dan Air Mancur pun Setop Beroperasi
- Xinhua/Li Muzi
VIVA – Kamu tahu nggak guys, Perserikatan Bangsa-Bangsa alias PBB sedang mengalami krisis keuangan lho. Lha kok bisa sih?
Tandanya sepertinya serius. Seluruh karyawan PBB terancam menerima gaji terakhirnya pada bulan ini. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres malah yang mengungkapkan lembaga negara-negara di dunia itu sedang mengalami defisit terbesar dalam satu dekade belakangan ini.
Nah guys, tanda PBB makin serius nih. Eskalator dan air mancur di lingkungan markas PBB berhenti berfungsi lho.
Laporan laman Xinhua, dikutip Selasa 15 Oktober 2019 menunjukkan kalau kamu sekarang berkunjung ke markas PBB tuh, begitu begitu memasuki kompleks gedung, terlihat sebagian besar eskalator dan elevator berhenti beroperasi. Terus tergantung keterangan tulisan 'out of service' kemudian ada juga 'jangan gunakan eskalator saat dimatikan, pakailah lift'.
Xinhua melaporkan, air mancur di kompleks markas PBB juga berhenti mengalirkan air. Kering.
Pada suratnya tertanggal 10 Oktober 2019, Guterres mengatakan kepada semua kepala departemen, kantor dan komisi regional PBB untuk berhemat dan memangkas biaya operasional yang tidak perlu. Langkah ini untuk mengatasi kondisi krisis keuangan yang dihadapi PBB dalam satu dekade terakhir ini.
Sebagai langkah penghematan, selain menunda rapat dan konferensi, dia memerintahkan penundaan pembelian barang dan layanan, mengharuskan hemat energi dan langkah lainnya untuk mengurangi tagihan biaya listrik.
Kondisi krisis itu meresahkan karyawan dan pegawai PBB. Salah satu petugas keamanan mengungkapkan kekhawatiran dengan krisis tersebut.
"Ngeri sekali jika saya tak digaji bulan depan. Untungnya aku kan punya keluarga yang mendukungku," kata petugas keamanan PBB.
Baca juga kuy: Wapres Jusuf Kalla Dapat Uang Pensiun, Tahu Jumlahnya?
Anggaran operasional PBB periode 2018-2019 mencapai angka US$5,4 miliar (Rp75,2 triliun), dengan Amerika Serikat (AS) memberikan kontribusi paling besar yakni 22 persen, atau sekitar US$1,18 miliar (Rp16,4 triliun).
Guterres melanjutkan, PBB sedang mengalami defisit sebesar US$230 juta (Rp3,2 triliun), dan menyatakan mungkin bakal kehabisan uang pada akhir Oktober ini.
Dari total 193 negara anggota, sebanyak 129 di antaranya sudah membayar penuh dengan total anggaran yang terkumpul hampir mencapai US$2 miliar (Rp27,8 triliun).
"Negara-negara anggota (PBB) hanya membayar 70 persen dari jumlah total yang dibutuhkan untuk anggaran operasional rutin kita di tahun 2019. Ini memicu kekurangan uang tunai sebesar US$230 juta pada akhir September kemarin. Ini sangat berisiko," keluh Guterres.