Mohammed bin Salman: Sang Visioner, antara Trump dan Khashoggi
- bbc
Walid al-Hathloul juga mendesak agar Saud al-Qahtani diinvestigasi, mengingat Loujain menuduh Saud secara pribadi terlibat dalam penyiksaannya di tahanan.
MBS ditantang terkait masalah perlakuan buruk terhadap para tahanan perempuan dalam wawancaranya dengan program 60 Minutes . Ia berjanji untuk menyelidikinya secara pribadi.
Lebih dari 30 negara telah meminta Arab Saudi membebaskan para aktivis, beberapa di antaranya kemudian diizinkan dengan jaminan, dan pemerintah AS dan Inggris mengatakan mereka telah mengangkat masalah ini pada level tertinggi.
Namun, pada bulan Agustus 2019, keluarga Loujain al-Hathloul mengatakan bahwa petugas keamanan telah mengunjunginya di penjara dan menekannya untuk menandatangani pernyataan yang menyangkal klaim kerabatnya bahwa ia telah disiksa dalam tahanan. Ia menolak.
Aktivis perempuan lainnya yang ditahan termasuk Samar Badawi, ditangkap setelah menentang undang-undang perwalian, Iman al-Nafjan, penulis blog dan aktivis yang mengampanyekan hak perempuan untuk mengemudi, serta Aziza al-Yousef, pensiunan profesor yang telah membantu perempuan melarikan diri dari kekerasan dalam rumah tangga.
Akan tetapi, di negeri itu, tak banyak simpati publik yang mengalir bagi nasib perempuan. Ada sedikit peliputan media dari dalam kerajaan dan kampanye yang menyudutkan dan mengecap mereka sebagai pengkhianat. Pemerintah mengklaim bahwa mereka telah menyampaikan rahasia kepada musuh negara.
Juga terdapat banyak kasus di mana aktivis laki-laki ditangkap dan dijatuhi hukuman.
September 2018, jaksa Saudi mengumumkan penalti berupa penjara selama lima tahun dan denda tiga juta riyal (Rp10,5 miliar) bagi siapa pun yang tertangkap basah membagikan apa pun di media sosial yang dianggap pemerintah dapat memengaruhi nilai moral dan ketertiban umum.
Namun MBS tidak merasa bersalah terkait sikapnya yang tidak bisa mentoleransi perbedaan pendapat.
Dalam beberapa wawancaranya, ia mengakui bahwa banyak orang yang telah ditahan, namun ia menyatakan bahwa hal itu bagaimanapun merupakan harga yang harus dibayar apabila seseorang berusaha menghalangi program reformasi besar-besaran.
Lantas bagaimana ceritanya seorang pria yang hampir tidak dikenal enam tahun lalu sekarang menjadi penguasa paling kuat di Timur Tengah?
Putra negeri
Lahir pada 31 Agustus 1985, Mohammed bin Salman tumbuh - seperti hampir semua pangeran senior Saudi yang diperkirakan berjumlah 5.000 orang - di dalam dunia yang tertutup dan dikelilingi berbagai kenyamanan dan hak-hak istimewa yang luar biasa.
Sebagai salah satu dari 13 anak, masa kecilnya berkisar di dalam istana Riyadh yang berdinding dan dijaga dengan baik di lingkungan Madher. Pelayan, juru masak, sopir dan karyawan asing lainnya melayani setiap keinginannya.
Salah satu dari orang-orang yang mengajarinya di masa-masa awalnya, di pertengahan tahun 1990-an, adalah Rachid Sekkai, yang sekarang bekerja di BBC. Ia menggambarkan pengalamannya dijemput di rumah setiap hari dengan mobil bersopir untuk diantar ke istana.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman - Reuters
"Ketika melewati gerbang yang dijaga ketat, mobil itu akan melaju melintasi serangkaian villa menakjubkan dengan kebun-kebun yang tertata rapi yang dikelola oleh para pekerja berseragam putih," ujarnya kepada BBC Arabic. "Ada parkir mobil yang dipenuhi unit-unit mobil mewah eksklusif."
Beberapa pihak mengatakan bahwa MBS adalah murid yang rajin belajar, selalu mencatat dengan hati-hati, namun Sekkai menyatakan bahwa ia melihatnya lebih suka menghabiskan waktu dengan para penjaga istana ketimbang mengikuti kelasnya.
"Tampaknya ia diperbolehkan melakukan apa yang ia mau," katanya.
Saat ditawari kesempatan oleh ayahnya untuk belajar ke luar negeri, baik AS ataupun Inggris seperti banyak rekannya yang lain, MBS menolak. Alih-alih, ia mendapatkan gelar sarjana hukum dari Universitas King Saud. Keputusan yang tidak biasa itu, menurut para pengamat, telah membantu sekaligus menghambatnya.
Bagi banyak warga Saudi, sebuah bangsa yang sangat patriotik, tumbuh kembangnya di lingkungan Saudi yang eksklusif membuatnya menjadi "putra negeri" sejati, seseorang yang mudah dipahami.
Namun sisi buruknya, selama bertahun-tahun, bahasa Inggris MBS sangatlah buruk dan ia tidak pernah benar-benar mendapat semacam pemahaman bawaan tentang mentalitas Barat yang banyak didapat pangeran lain.
Di negara di mana bukan hal aneh bagi seorang lelaki untuk memiliki lebih dari satu istri, MBS memilih untuk hanya mempunyai satu pasangan. Ia menikahi sepupunya - praktik umum di Arab Saudi - Putri Sara binti Mashur bin Abdulaziz al-Saud pada 2009 dan mereka memiliki dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Dalam hal keluarganya, MBS merupakan orang yang sangat menjunjung privasi.
Lantas bagaimana ia bisa berubah begitu cepat dari seorang sarjana hukum yang tidak jelas - dan satu dari ribuan bangsawan Saudi - menjadi putra mahkota yang sangat berkuasa saat ini?
Jawabannya terletak pada perpaduan yang luar biasa dari politik kekuasaan Machiavellian, perlindungan sang ayah dan kekuatan karakternya sendiri.
Ketika MBS kira-kira berusia 23 tahun, segera setelah ia lulus dengan salah satu nilai terbaik di angkatannya, sang ayah mulai mempersiapkannya untuk jabatan senior.
MBS bekerja di kantor ayahnya, `membayangi` pekerjaan ayahnya sebagai gubernur Riyadh. MBS muda dengan penuh perhatian menyaksikan sang ayah, Pangeran Salman, menyelesaikan berbagai perselisihan dan berkompromi. Ia secara efektif mempelajari seni menjadi negarawan Arab Saudi.
Pada tahun 2013, di usianya yang baru menginjak 27 tahun, MBS dijadikan kepala pengadilan putra mahkota, yang secara efektif membuka pintu kekuasaan dan pengaruh baginya. Pada tahun berikutnya, ia dipromosikan menjadi menteri kabinet.
Lalu pada tahun 2015, karier MBS beralih ke posisi teratas.
- BBC
Ketika Raja Abdullah meninggal pada bulan Januari tahun yang sama, posisinya digantikan saudara tirinya, Salman, dari cabang keluarga Sudairi yang memiliki kekuatan cukup besar.
Raja yang baru, hampir berusia 80 tahun ketika ia menduduki singgasananya, kini bebas untuk memilih siapa yang akan membantunya. Anak kesayangannya, MBS, dengan segera diangkat menjadi menteri pertahanan sekaligus sekretaris jenderal Pengadilan Kerajaan.
Saat ini Arab Saudi sedang menghadapi krisis yang meningkat di sisi selatan perbatasannya. Di Yaman, kelompok Houthi - yang terdiri dari sekelompok suku dari pegunungan utara - turun ke jalan di ibu kota Sanaa, lalu menggulingkan presiden terpilih dan pemerintahannya, kemudian mengambil alih kekuasaan di hampir seluruh bagian barat negara itu yang lebih padat penduduk.
Hubungan ideologis dan keagamaan Houthi dengan Iran mengusik amarah Saudi.
Pada Maret 2015, tanpa berkonsultasi dengan sejumlah pangeran utama dan hampir tanpa memperingatkan sekutunya, MBS membentuk koalisi 10 negara dan memimpin negaranya ke medan perang udara melawan kelompok Houthi.
Tujuan resminya yaitu mengembalikan pemerintahan yang digulingkan - namun diakui PBB - di Yaman. Sementara tujuan tersembunyinya adalah untuk mengirim pesan terbuka kepada Iran bahwa Arab Saudi tidak akan membiarkan milisi proksi yang didukung Iran mengambil alih tetangga sebelah selatannya.