Cheng Ho, Pelaut China Muslim yang Jadi Simbol Diplomasi Modern
![Cheng Ho dengan penjelajahannya telah dianggap sebagai Columbus dari China.](https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2019/09/23/5d88f989ec120-sosok-cheng-ho-pelaut-muslim-yang-jadi-simbol-diplomasi-china-modern_665_374.jpg)
- abc
Sejarawan dari Universitas Xiamen, Liao Dake telah menulis bahwa Cheng Ho telah "mendukung kemerdekaan kerajaan Melaka, memberikan kekuatan pendorong untuk penyebaran Islam".
Saat parlemen Indonesia ke China minggu lalu, media pemerintah China melaporkannya dengan menulis "warisan Cheng Ho yang banyak tersebar di berbagai tempat, seperti di Indonesia menunjukkan bahwa ekspedisinya membangun hubungan penting yang melampaui diplomasi dan ekonomi, dengan memasukkan aspek budaya dan lainnya".
Sebelum mengunjungi Manila pada November 2018, Presiden Jinping juga pernah menulis sebuah opini yang dipublikasikan secara luas oleh surat kabar Filipina yang menyatakan: "lebih dari 600 tahun yang lalu, pelayar China Cheng Ho melakukan beberapa kunjungan ke Teluk Manila dengan tujuh pelayaran ke luar negeri yang dilakukannya untuk mencari persahabatan dan kerja sama".
Tapi Hakim di Mahkamah Agung Filipina, Antonio Carpio, mengklaim bahwa sejarawan telah membuktikan Cheng Ho tidak pernah datang ke Filipina. Ia menganggap mitosnya hanyalah bagian dari upaya China untuk membenarkan klaim teritorialnya di Laut China Selatan.
"Saya menyebutnya sejarah palsu dalam milenium ini, berita palsu abad ini," katanya.
Tuduhan gunakan kekuatan militer
Menurut Dr Tok, pemerintahan di Beijing mengingatkan kembali pesan Cheng Ho "bahwa China menjadi negara yang lebih kuat tanpa ancaman yang lebih".
Kapal angkatan laut China yang diberi nama Cheng Ho ditambatkan di Pearl Harbor pada 2015.
Komando Indo-Pasifik AS: Laurie Dexter
Meski China menekankan sifat yang bisa dibilang damai dari penjelajahannya, beberapa pengamat di dunia Barat melihat Cheng Ho mewakili hal yang lain.
Tahun lalu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat saat itu, James Mattis menyatakan China memiliki "rencana jangka panjang untuk menulis ulang tatanan global yang ada".
"Dinasti Ming sepertinya menjadi panutan mereka, meskipun dengan cara yang lebih keras, dan menuntut negara-negara lain menjadi negara yang harus mengikuti China, menganut "One Belt, One Road"."
Geoff Wade, seorang sejarawan Australia yang fokus pada keterlibatan China dengan Asia Tenggara, berpendapat bahwa pelayaran Cheng Ho merupakan bentuk "proto-kolonialisme maritim".