Sosok di Balik Ledakan Hebat Pusat Minyak Terbesar Dunia Saudi Aramco

Saudi Aramco.
Sumber :
  • Repro Twitter

VIVA – Pusat minyak terbesar dunia, Saudi Aramco di Kota Buqyaq, Arab Saudi, tumbang akibat meledak dan terbakar hebat Sabtu 14 September 2019.

Ledakan itu cukup menggemparkan dunia, sebab hanya dalam hitungan jam ada pihak yang mengaku menjadi dalang di balik meledaknya Saudi Aramco. Mereka adalah kelompok milisi Houthi Yaman.

Kelompok bersenjata itu mengaku menyerang fasilitas sumber kekayaan Arab Saudi itu dengan mengerahkan pesawat tanpa awak alias drone. Dan tak tanggung-tanggung, ada 10 drone yang dikerahkan.

Benar tidaknya klaim kelompok ini, masih membutuhkan penyelidikan lebih serius dari aparat berwenang Arab Saudi. Namun di balik semua itu, sebaiknya kita mengetahui siapa sebenarnya kelompok ini.

Sebenarnya kelompok ini bernama resmi Anshar Allah artinya Penolong Allah. Mereka merupakan kelompok politik bersenjata yang eksis di wilayah Yaman Utara ata sekitar daerah Sa'dah pada tahun 1990.

Banyak yang menduga kelompok ini berasal dari sekte Syiah Zaidiyah. Tapi ada juga menyebut kelompok ini juga diikuti orang-orang Sunni.

Kelompok ini dahulunya dipimpin Husain Badruddin al-Hutsi. Mereka pertama kali muncul sebagai oposisi Zaidi di era Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.

Mereka pernah menuduh Presiden Ali melakukan korupsi besar-besaran dan selama ini selalu didukung Arab Saudi dan Amerika. Langkah Presiden Ali itu dianggap telah mengorbankan rakyat Yaman.

Pada 2004, mereka melakukan pemberontakan Houthi di Yaman. Pemicunya ialah terbunuhnya Husein di Sa'dah dalam pertempuran dengan tentara Yaman.

UIN Antasari Kerja Sama dengan Pusat Penelitian Arab Saudi

Untuk menggalang dukungan rakyat, kelompok ini gencar membuat propaganda yang mengangkat isu politik yang dibungkus dengan agama. Terutama mengencangkan semangat anti Amerika dan Israel.

Mereka juga aktif turun ke jalan saat terjadi Revolusi Yaman 2011. Bahkan mereka bergabung dengan Konferensi Dialog Nasional Yaman yang menginisiasi dibentuknya Dewan Kerjasama Teluk atau GCC untuk menjadi penengah dan pendamai usai kerusuhan.

Lama Tinggal di Arab, Said Aqil: Saya Menghayati Arti Penting NU

Tapi, akhirnya Houthi sendiri yang menentang GCC ketika ditetapkan enam wilayah federal di Yaman. Mereka menentang dengan alasan pembagian itu hanya kian memperburuk keadaan karena membelah wilayah kaya dan miskin.

Cukup banyak tindak kejahatan yang dilakukan kelompok ini. Yang terbaru mereka merudal Bandara Abha, Arab Saudi pada 12 Juni 2019, 26 orang terluka dalam serangan itu.

Arab Saudi Izinkan Konser Musik, Namun Masih Belum Aman Bagi Perempuan

Sebelumnya mereka juga membom dua kapal tanker minyak milik Arab di perairan Uni Emirat Arab dengan menggunakan drone. Arab sempat marah dengan kejadian itu dan mengirim pesawat pembom ke Yaman.

Baca: Pusat Minyak Terbesar Dunia Meledak Diserang Drone Jelang Salat Subuh

Selama ini perempuan Saudi hanya bekerja di bidang yang terbatas seperti guru dan tenaga kesehatan karena ketatnya pemisahan jender. (Reuters: Hamad I Mohammed)

Lowongan Masinis Perempuan di Saudi Dibanjiri 28 Ribu Pelamar

Sebuah lowongan kerja sebagai masinis perempuan di Arab Saudi dibanjiri oleh 28 ribu pelamar, padahal hanya 30 posisi yang tersedia. Antusiasme perempuan bekerja.

img_title
VIVA.co.id
17 Februari 2022