Miris, Wanita di India Kian Banyak Jadi Korban Serangan Asam Cuka
- abc
Semakin banyak perempuan di India yang menjadi sasaran korban kekerasan serangan asam cuka yang menyebabkan muka mereka rusak parah.
Salah seorangnya adalah Reshma Qureshi yang berusia 17 tahun ketika dia berjalan kaki hendak mengikuti ujian di sekolahnya di saat sekelompok pria melemparkan asam cuka ke mukanya. Suami dari kakak perempuan dan dua sanak famili tersebut yang melakukan serangan.
"Saya ketika itu belum pernah mendengar adanya serangan asam cuka," kata Qureshi yang sekarang berusia 23 tahun.
"Saya baru tahu banyaknya korban serangan asam cuka di India setelah saya diserang."
Setelah kejadian itu, Qureshi tidak mau menyembunyikan mukanya di depan umum, hal yang banyak dilakukan korban lainnya di India. Qureshi malah menjadi pegiat bagi para korban lainnya untuk mendapat keadilan.
Qureshi juga membuat vlog kecantikan, mengajar para penyintas bagaimana bersolek di wajah mereka yang rusak, dan juga melakukan aktivitas untuk meningkatkan kesadaran umum akan serangan asam cuka tersebut.
Dia diundang untuk menjadi model di Peragaan Fesyen New York di tahun 2016 dan sudah menerbitkan satu buku menceritakan pengalamannya. Meski sudah berkecimpung di banyak hal, di antaranya dunia fesyen, Qureshi sampai sekarang belum melakukan satu hal yang betul-betul dikehendakinya: memiliki pekerjaan tetap.
"Di sini di India orang bereaksi berbeda bila saya berjalan di muka umum tanpa menutup wajah saya. Mereka akan bertanya, melotot dan mencemooh," katanya.
External Link: Beauty Tips by Reshma: How to get perfect red lips
"Di Amerika Serikat, orang-orang akan tersenyum kepada kita. Mereka tidak pernah bertanya mengenai apa yang terjadi dengan saya, dengan muka saya."
Qureshi mengatakan, banyak korban serangan asam cuka ini dilakukan oleh suami mereka, dan para perempuan itu kemudian masih harus membesarkan anak-anak mereka.
"Saya mendesak perusahaan untuk memberikan mereka pekerjaan. Jangan ditolak karena muka mereka yang rusak." kata Qureshi.
Reshma Qureshi sebelum diserang asam cuka yang dilakukan kakak ipar laki-laki.
Supplied: Reshma Qureshi
Qureshi sekarang bekerja membantu sebuah badan amal yang menyediakan akomodasi, bantuan dan nasihat hukum bagi korban serangan asam cuka di New Delhi.
Badan amal itu bernama "Make Love, Not Scars" (Sebarkan Cinta, Bukan Luka) menyediakan akomodasi bagi para perempuan yang hidupnya hancur karena tindak kriminal yang semakin meningkat di India tersebut.
Menurut CEO Make Love, Not Scars Tania Singh, sekitar 300 kejadian dilaporkan tiap tahun, namun angka sebenarnya dari serangan asam cuka ini diperkirakan 1000 orang.
Jumlahnya semakin meningkat setiap tahun di India
"Ini bisa berarti dua hal, pertama semakin banyak yang berani dan lebih kuat dan mereka melaporkan apa yang dialami," kata Singh.
"Atau kedua, bahwa semakin banyak calon penyerang yang terpengaruh, belajar mengenai asam cuka dan melakukan tindak kriminal tersebut."
Reshma dan korban serangan lainnya Soni yang tinggal di yayasan amal Make Love, Not Scars di New Delhi.
ABC News: Siobhan Heanue
Di negeri tetangga India, Bangladesh, serangan asam cuka menurun setelah adanya UU baru yang membatasi penjualan bahan kimia berbahaya dan hukuman mati bagi pelaku serangan semacam ini.
Sistem peradilan di India yang lambat dan rumit membuat bila pun penyerangnya dinyatakan sebagai tertuduh, diperlakukan waktu lima sampai 10 tahun untuk mengadili kasusnya.
"Saya tidak melihat ini akan menurun. Sepanjang asam cuka itu dengan mudah tersedia, saya memperkirakan korban serangan akan meningkat." kata Singh.
"Asam cuka adalah senjata. Kita tahu bagaimana di Amerika Serikat orang berbicara mengenai senjata api? Itulah bagaimana mereka menggunakan cuka di India. "
Singh mengatakan bahwa banyak korban yang mendatangi penampungan di New Delhi ini diserang oleh orang-orang yang dekat dengan mereka.
Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini