4 Fakta Pangeran Abu Dhabi yang Ikhlas Bangun Masjid untuk Jokowi
- Twitter: @jokowi
VIVA – Kunjungan Pangeran Abu Dhabi, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan ke Istana Bogor, Jawa Barat pada 24 Juli 2019, tidak hanya menghasilkan kesepakatan bisnis.
Sang pangeran juga berjanji membangunkan sebuah masjid sebagai hadiah untuk Presiden Joko Widodo di Solo, Jawa Timur.
Mari kita telusuri sosok Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan yang ikhlas membangun masjid di kampung halaman Jokowi, berdasarkan data yang diolah VIVA, Rabu, 21 Agustus 2019.
Anaknya Sembilan
Pangeran Abu Dhabi ini lahir pada 11 Maret 1961. Ia merupakan putra ketiga dari Zayed bin Sultan Al Nahyan, Presiden Uni Emirat Arab pertama dan penguasa Abu Dhabi, dengan istri ketiganya, Sheikha Fatima binti Mubarak Al Ketbi.
Mohamed bin Zayed Al Nahyan menikah dengan Sheikha Salama binti Hamdan bin Mohammed Al Nahyan pada 1981. Keduanya dikaruniai sembilan orang anak, empat putra dan lima putri.
Nama ke sembilan anaknya tersebut adalah Sheikha Mariam bint Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Sheikha Shamsa bint Mohamed bin Zayed Al Nahyan, dan Sheikh Theyab bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Kemudian, Sheikh Hamdan bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Sheikha Fatima bint Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Sheikha Shamma bint Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Sheikh Zayed bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan, serta Sheikha Hassa bint Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Penantang Dominasi Arab Saudi
Di kawasan Timur Tengah, manakah pemimpin yang punya pengaruh besar? Menurut situs New York Times, Mohamed bin Zayed Al Nahyan adalah penguasa jazirah Arab yang terkuat, bukan Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab (UEA) ini juga dipandang sebagai kekuatan pendorong di balik kebijakan luar negeri negaranya, serta pemimpin gerakan melawan ISIS di Arab.
Pada 1991, pada bulan-bulan setelah invasi Irak ke Kuwait, pangeran Abu Dhabi itu ingin membeli begitu banyak peralatan tempur ke Amerika Serikat.
Bahkan, dirinya berhasil membujuk ayahnya untuk mentransfer US$4 miliar atau Rp57 triliun, ke Departemen Keuangan AS untuk membantu membayar pecahnya Perang Teluk di Irak.
Sejak itu, UEA menjadi salah satu sekutu Paman Sam di Timur Tengah, sekaligus negara dengan militer terkuat di dunia Arab.
Matang di Militer
Setelah menamatkan pendidikan menengah, Mohamed bin Zayed Al Nahyan melanjutkan pendidikan di sekolah militer paling prestisius di Inggris, Royal Military Academy Sandhurst. Di sinilah kemampuannya di bidang militer diasah.
Usai lulus, ia pulang kampung untuk bergabung dengan korps pelatihan perwira khusus di Sharjah.
Tak hanya itu saja, Mohamed bin Zayed Al Nahyan membantu mengembangkan angkatan bersenjata UEA dalam hal perencanaan strategis, pelatihan, struktur organisasi dan mempromosikan kemampuan pertahanan militer negaranya.
Sebelum menjabat sebagai wakil panglima tertinggi angkatan bersenjata UEA, pangeran Abu Dhabi pernah memegang sejumlah posisi di kemiliteran. Mulai dari Officer in the Amiri Guard atau pasukan keamanan elit UEA, hingga menjadi pilot Angkatan Udara UEA.
Saudara Kandung Penguasa UEA
Mohamed bin Zayed Al Nahyan diangkat menjadi Putra Mahkota Abu Dhabi pada November 2003. Satu tahun berikutnya, tepatnya ketika ayahnya meninggal dunia, dia dilantik menjadi Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA.
Bukan itu saja, ia juga terkadang dianggap sebagai penguasa de facto UEA. Kondisi kesehatan sang kakak, Presiden Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, yang memburuk membuat sebagian besar urusan publik dan pengambilan keputusan UEA dipercayakan kepada pangeran Abu Dhabi ini.