Pemberantasan Narkoba di Asia Tenggara Dipertanyakan Efektivitasnya
- VIVA/Foe Peace Simbolon
"Saat kami mendengar sebagian besar warga miskin dibunuh secara brutal karena dicurigai sebagai pengguna narkoba dan pengedar kecil sementara penyelundup dan bandar narkoba bebas, kami mulai pertanyakan kemana arah perang narkoba ini," ujar Konferensi Wali Gereja Katolik Filipina dalam pernyataannya kepada ABC News.
Presiden Duterte belum lama ini menegaskan "uang narkoba" telah dipakai mendanai kelompok militan Maute yang menduduki Kota Marawi pada 2017.
Badan PBB UNHCR mengeluarkan resolusi yang mengkritisi perang melawan narkoba yang dijalankan Presiden Duterte di Filipina.
AP: Bullit Marquez
Namun pakar terorisme di Asia Tenggara Sidney Jones menjelaskan, tidak ada dasarnya untuk menyimpulkan bahwa orang-orang Maute merupakan bandar narkoba.
"Sumber dana terbesar berasal dari uang dan barang berharga yang dijarah dari rumah dan bank ketika para militan mengambilalih kota itu," katanya.
Dewan HAM PBB bulan lalu memutuskan untuk menggelar penyelidikan independen terhadap kebijakan Presiden Duterte. Namun langkah itu oleh Filipina disebut sebagai serangan terhadap kedaulatan mereka.
Phil Robertson dari Asia Human Rights Watch menjelaskan Filipina kemungkinan tidak akan mematuhi penyelidikan tersebut, karena kebijakan ini mendulang dukungan suara bagi Duterte.
Pendekatan baru di Malaysia dan Thailand?
Pemerintahan militer Thailand minggu ini untuk pertama kalinya merilis ganja untuk pengobatan setelah dilegalkan pada awal 2019.
"Saya kira yang terjadi adalah, Thailand mengubah pendekatannya terhadap narkoba dengan melihat ganja secara berbeda dibanding dengan metamfetamin," jelas Robertson.