Pemberantasan Narkoba di Asia Tenggara Dipertanyakan Efektivitasnya
- VIVA/Foe Peace Simbolon
"Perbandingan Indonesia, Malaysia dan Singapura menunjukkan bahwa tingkat eksekusi tidak berpengaruh pada harga narkoba atau pada tingkat prevalensi narkoba," jelasnya.
Pasar sabu terbesar di dunia
Badan PBB UNODC memperkirakan nilai perdagangan narkoba di Asia Tenggara mencapai 61 miliar dolar AS (Rp 850 triliun).
ABC News: Graphic by Jarrod Fankhauser
Laporan UNODC mengungkapkan nilai perdagangan metamfetamin untuk Asia Tenggara dan negara sekitarnya seperti Australia, Selandia Baru, dan Bangladesh, berkisar antara 30,3 hingga 61,4 miliar dolar AS (Rp 876 triliun).
"Pasar sabu Asia-Pasifik sekarang ini terbesar di dunia," ujar perwakilan UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Jeremy Douglas, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Seorang pengamat hukum di Australia John Coyne menjelaskan faktor pendorong perdagangan metamfetamin di Asia Tenggara didukung adanya kawasan Segitiga Emas di Myanmar dan Laos.
"Australia dan negara-negara lain memiliki permintaan metamfetamin yang terus-menerus," jelasnya.
UNODC melaporkan tahun lalu sekitar 120 ton metamfetamin dalam bentuk kristal dan tablet disita aparat di Asia Tenggara.
Menanggapi hal itu, John Coyne mengatakan penyitaan sabu di Australia dan Asia Tenggara mencerminkan tingginya tingkat produksi, bukan semakin efektifnya pengawasan narkoba.
Geng-geng motor dilaporkan turut mendorong epidemi sabu di Australia, dan mereka telah memperluas jaringan ke Asia Tenggara.