Logo ABC

Kerja di Pedalaman Ubah Persepsi Orang Indonesia soal Aborijin

Yutthika Addina dan Theodorus Bayu Pratama bersama manajernya di dapur toko komunitas di Papanya, Kawasan Utara Australia.
Yutthika Addina dan Theodorus Bayu Pratama bersama manajernya di dapur toko komunitas di Papanya, Kawasan Utara Australia.
Sumber :
  • abc

Yutthika mengatakan dia tidak pernah mengalami konflik yang serius dengan warga.

"Dengan orang dewasa sering berdebat tapi tidak ada persoalan yang besar. Kadang saya memperingatkan, mereka merespons dengan ngotot. Tapi hanya saat itu saja, setelah itu mereka bercanda, mengajak tertawa," kata dia.

Bagi Yutthika, masalah yang cukup mengganggu adalah kenakalan anak sekolah, yang tepat berada di sebelah toko.

"Ada aturan mereka tidak boleh masuk ke toko saat jam sekolah. Tapi mereka sering malas masuk kelas, dan masuk ke toko, saya harus kejar-kejaran untuk mengusir mereka," kata Yutthika.

"Anak-anak di sana sangat kompak. Dan saya salut pada kemampuan mereka untuk memperbaiki barang, seperti sepeda rongsokan dari junk yard mereka perbaiki."

Anak bermain sepeda di Papunya. Anak bermain sepeda di Papunya.

ABC News: Claire Campbell

Menurut Bayu, masyarakat di Papunya sering menghadapi masalah dalam pengasuhan anak.

"Banyak anak yang malas untuk datang ke sekolah. Sehingga ada petugas yang khusus datang dengan bis untuk menjemput anak-anak yang malas sekolah setiap pagi," kata Bayu.

"Biasanya kalau ada masalah pada anak, adalah tugas paman dan bibi yang mendisiplinkan. Mereka akan dibawa pergi ke bush (hutan semak). Di sana kami tidak tahu apa yang terjadi."

Perubahan tradisi dan masalah alkohol

Awalnya kontrak mereka bekerja di Papunya hanya tiga bulan, namun karena ada peralihan manajemen, manajer toko meminta mereka untuk bertahan satu bulan tambahan.