Logo BBC

Di Istanbul, Partai Erdogan Tetap Kalah Meski Pemungutan Suara Diulang

Para pendukung Partai Republik Rakyat (CHP) turun ke jalan merayakan hasil Pilkada Istanbul.-EPA
Para pendukung Partai Republik Rakyat (CHP) turun ke jalan merayakan hasil Pilkada Istanbul.-EPA
Sumber :
  • bbc

Partai berkuasa Turki pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali menelan kekalahan setelah hasil pemungutan suara ulang dalam pemilihan kepala daerah Istanbul menunjukkan kandidat oposisi meraup mayoritas suara.

Ekrem Imamoglu, calon wali kota Istanbul dari partai oposisi CHP, tercatat meraih 54% suara ketika hampir seluruh kertas suara dihitung.

Ini adalah kemenangannya yang kedua, walau kesuksesan pada Maret lalu harus dibatalkan lantaran Komisi Pemilu Turki memerintahkan pemilihan kepala daerah Istanbul diulang selepas Partai AK pimpinan Presiden Erdogan mengklaim ada "ketidakwajaran dan korupsi" dalam penyelenggaraan pilkada tersebut.

Pada Pilkada kali ini, mantan Perdana Menteri Binali Yildirim selaku kandidat Partai AK, mengaku kalah. Presiden Erdogan pun memberi selamat kepada pemenang.

"Saya mengucapkan selamat kepada Ekrem Imamoglu yang memenangi pemilu berdasarkan hasil awal," cuitnya.

Hasil tersebut dipandang sebagai kemunduran besar bagi Erdogan yang sebelumnya mengatakan "siapapun yang memenangi Istanbul, memenangi Turki".


Ekrem Imamoglu menyebut hasil Pilkada Istanbul sebagai "awal yang baru" bagi kota itu. - Reuters

Dalam pidato kemenangannya, Imamoglu mengatakan hasil itu menandai "awal yang baru" baik bagi kota maupun bagi negara.

"Kita membuka lembaran baru di Istanbul. Pada lembaran baru ini akan ada keadilan, kesetaraan, cinta."

Ditambahkan Imamoglu, dirinya bersedia bekerja sama dengan Erdogan. "Pak Presiden, saya siap bekerja dalam keselarasan dengan Anda."

Pada pemungutan suara kali ini, Imamoglu memimpin dengan raihan lebih dari 775.000 suara — peningkatan besar ketimbang kemenangannya pada Maret lalu saat dia mengantongi selisih 13.000 suara.

Siapa saja kandidatnya?

Imamoglu, 49, diusung kubu oposisi yang sekuler, Partai Republik Rakyat (CHP). Saat ini dia merupakan pemimpin distrik Beylikduzu di Istanbul.

Namanya jarang diketahui orang sebelum dia mencalonkan diri sebagai wali kota Istanbul pada Pilkada Maret lalu.

Rival Imamoglu adalah Binali Yildirim, salah satu pendiri Partai AK. Dia pernah menjabat sebagai perdana menteri Turki pada 2016 hingga 2018. Setelah masa jabatannya berakhir, Turki menerapkan sistem presidensial dan jabatan perdana menteri dihapus.

Pada Februari, dia terpilih sebagai ketua DPR. Sebelumnya dia sempat menjadi menteri transportasi dan komunikasi.


Binali Yildirim adalah loyalis Erdogan. - EPA

Mengapa hasil pilkada sebelumnya dibatalkan?

Kemenangan Imamoglu dengan selisih 13.000 suara pada Maret lalu tidak cukup bagi Yildirim untuk mengakui kekalahan.

Partai AK menuding sejumlah suara dicuri dan banyak pengawas kotak suara tidak punya izin resmi. Partai tersebut lantas mendesak Komisi Pemilu Turki untuk mengulang pemungutan suara.

Beberapa kalangan menuding ada tekanan dari Presiden Erdogan di balik keputusan Komisi Pemilu Turki.


- AFP

Kemeriahan di jalan-jalan

Cagil Kasapoglu, BBC Turki, Istanbul

Ratusan pendukung Imamoglu berkumpul di kawasan Besiktas yang merupakan daerah kekuatannya.

Sikap harap-harap cemas yang tampak pada awal-awal penghitungan suara berubah menjadi kemeriahan ketika semakin terlihat Imamoglu memperoleh mayoritas suara.

Kaum muda merayakannya dengan mengibarkan bendera Turki. Lainnya mengangkat poster bergambar Ataturk –  bapak pendiri republik Turki yang modern. Bahkan, beberapa orang memakai topeng bergambar Imamoglu.

Sebagian besar pemuda ini tumbuh besar dengan hanya mengenal Partai AK pimpinan Erdogan di pemerintahan.

Bagi mereka, ini adalah peluang untuk mendorong perubahan di seantero negeri.

"Banyak kaum muda begitu ingin meninggalkan Turki," kata Ayca Yilmaz, mahasiswa berusia 22 tahun, kepada saya.

"Namun, sekarang kami mungkin mempertimbangkan untuk tetap bertahan. Kami kembali punya harapan."


Erdogan adalah seorang warga Istanbul dan mantan pemimpin kota tersebut. - AFP

Mengapa Pilkada ini sedemikian penting?

Presiden Erdogan, yang berasal dari Istanbul, terpilih sebagai wali kota pada 1994.

Dia mendirikan Partai AK pada 2001 dan menjabat sebagai perdana menteri dalam kurun 2003 sampai 2014, kemudian menjadi presiden.

Namun keretakan di partai tersebut mulai tampak dan sejumlah analis memperkirakan kondisi tersebut boleh jadi bertambah dengan kekalahan dalam Pilkada Istanbul.

"Erdogan sangat khawatir," kata Murat Yetkin, seorang jurnalis merangkap penulis, menjelang pemungutan suara.

"Dia memainkan semua kartu yang dia punya. Jika dia kalah, dengan selisih suara berapapun, itu adalah akhir dari kekuasaan politiknya yang stabil selama seperempat abad," tambahnya.

"Dalam kenyataan, dia masih presiden, koalisinya masih mengendalikan parlemen — meskipun banyak yang menganggap kekalahannya adalah awal dari akhir dirinya."