WHO: Kasus Campak di Dunia Meningkat Tiga Kali Lipat pada 2019
- ANTARA FOTO/Ampelsa
PBB mengatakan bahwa penyakit tersebut sangat bisa dicegah dengan vaksinasi yang tepat, namun cakupan global dari tahap imunisasi pertama justru "terhenti" di angka 85%, "masih kurang dari 95% yang diperlukan untuk mencegah wabah".
Dalam sebuah tulisan opini untuk CNN, pemimpin WHO Henrietta Fore dan Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa dunia tengah "berada di tengah krisis campak" dan bahwa persebaran informasi yang membingungkan dan kontradiktif tentang vaksin menjadi sebagian hal yang patut dipersalahkan.
Mengapa tiba-tiba terjadi `krisis campak dunia `?
Oleh James Gallagher, koresponden kesehatan dan sains, BBC News
Campak adalah salah satu virus paling menular yang ada, meski demikian, tak ada yang berubah dari campak. Ia tidak bermutasi menjadi virus yang lebih menular atau berbahaya. Jawabannya justru ada pada manusia itu sendiri.
Ada dua cerita di sini - yang satu tentang kemiskinan, yang satu tentang misinformasi. Di negara-negara miskin, lebih sedikit orang menjalani vaksinasi, sehingga sebagian besar populasinya rentan terhadap virus itu.
Hal ini menciptakan situasi bagi wabah terjadi - misalnya seperti mereka yang hidup di Republik Demokratik Kongo, Kyrgyztan, dan Madagaskar.
Akan tetapi negara-negara yang lebih sejahtera dengan tingkat vaksinasi yang tinggi juga mengalami peningkatan kasus campak. Hal ini karena sekelompok orang lebih memilih untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka karena terpengaruh persebaran pesan anti-vaksin yang tidak benar di media sosial.
Perlu dicatat bahwa angka jumlah kasus campak tersebut hanya sementara, menurut WHO, bisa saja angka sebenarnya jauh lebih tinggi. Campak sendiri sangat merugikan. Bahkan, penyakit itu membunuh sekitar 100 ribu orang, kebanyakan anak-anak, setiap tahunnya.