Kisah Perjalanan Udara yang Menentukan Revolusi Islam Iran
- bbc
Ayatollah Ruhollah Khomeini duduk di bangku kompartemen kelas utama pesawat Boeing 747 sewaan. Matanya mengarah keluar jendela, menatap negara yang ia tinggalkan 15 tahun sebelumnya.
Saya berdiri di dekatnya, bersama rekan juru kamera. Saya menanyakan perasaan Khomeini tentang masa pengasingannya yang telah usai. Tidak ada jawaban.
Seorang koresponden media massa asal Amerika Serikat mengulangi pertanyaan saya.
"Hichi," jawab Khomeini dalam bahasa Farsi. "Tak ada perasaan apapun."
Kelompok pendukung Shah Mohammad Reza Pahlavi, pemimpin Iran yang terpaksa melarikan diri keluar negeri beberapa hari sebelumnya, tersinggung dengan pernyataan itu.
Namun Khomeini sebenarnya hendak berkata bahwa kedatangannya kembali bukanlah persoalan emosional manusia. Menurutnya, ini semua adalah kehendak Tuhan.
Saya mewawancarai Khomeini beberapa bulan sebelumnya di lokasi pengungsiannya di kawasan pinggiran Paris, Perancis, bernama Neauphle-le-Château. Ketika itu ia menunjukkan determinasi kuat.