Jelang Olimpiade Tokyo, Jepang Bakal Periksa 200 Juta Gadget
VIVA – Pemerintah Jepang akan melakukan penyisiran nasional kepada sekitar 200 juta gadget yang terhubung dengan jaringan. Penyisiran itu dilakukan untuk mencegah penyimpangan keamanan siber jelang Olimpiade Tokyo 2020.
Institut Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi yang didukung pemerintah, akan memulai survei pada Februari 2019, untuk memeriksa potensi kerentanan pada router, webcam, dan peralatan rumah yang terhubung melalui web.
Tokyo sedang sibuk meningkatkan keamanan dunia maya, seiring dengan persiapan negara itu untuk menjadi tuan rumah acara global besar. Cybersecurity juga menjadi semakin penting saat perhelatan olahraga seperti itu, yang membutuhkan kinerja teknologi baru untuk berbagai aspek mulai dari penyiaran hingga penjualan tiket.
Untuk penyisiran ini, para peneliti akan mengambil ID dan kata sandi umum, namun tidak aman yang sering dieksploitasi oleh malware seperti 'abcd', '1234' atau 'admin', untuk melihat apakah perangkat itu mudah diakses oleh para peretas.
"Para peneliti akan menyurvei gadget dengan persetujuan penyedia layanan internet dan sebagian besar akan memeriksa produk yang menggunakan kabel fisik untuk mengakses internet,” kata juru bicara institut, Tsutomu Yoshida, seperti dikutip Channel News Asia, Rabu 30 Januari 2019.
Lembaga ini tidak akan melakukan operasi yang mahal dan kompleks yang diperlukan untuk memeriksa masing-masing gadget seluler seperti smartphone, tetapi survei dapat memeriksa router di kafe, misalnya, yang menyediakan konektivitas gratis bagi pengguna ponsel.
"Kami akan melihat sekitar 200 juta gadget yang akan disurvei, berapa banyak yang terkena risiko," ujar Yoshida.
Acara olahraga global besar seperti Piala Dunia dan Olimpiade kerap menghadapi ancaman yang semakin besar dari serangan dunia maya.
Pada Olimpiade Musim Dingin PyeongChang tahun lalu, misalnya, internet internal dan sistem wifi turun tepat saat upacara pembukaan dimulai. Para pejabat PyeongChang mengakui bahwa mereka telah menjadi korban serangan dunia maya, tanpa memberi penjelasan lebih lanjut. (art)