Ratusan Mahasiswa Indonesia Kerja Paksa di Taiwan dan Makan Babi

Mahasiswa diduga dipekerjakan secara paksa sebagai buruh pabrik di Taiwan.
Sumber :
  • taiwannews.com

VIVA – Sebanyak 300 mahasiswa asal Indonesia yang masih di bawah usia 20 tahun diduga dipekerjakan secara paksa sebagai buruh pabrik di Taiwan.

'Taiwan Waves of Wonder', Cara Pemerintah Taipei Tarik Wisatawan Indonesia

Fakta ini diungkap Lembaga legislatif Taiwan. Setidaknya ada enam universitas yang ditemukan telah menugaskan siswa mereka dari negara-negara New Southbound Policy (NSP) untuk menjadi pekerja manual di pabrik-pabrik.

Para mahasiswa hanya diizinkan mengikuti kelas selama dua hari dalam seminggu dan satu hari istirahat. Sementara empat hari sisanya mereka haruskan bekerja di pabrik. Mereka bekerja mengemas 30.000 lensa kontak selama 10 jam per shift.

48 Tahun Taiwan Technical Mission di Indonesia, TETO Dorong Peningkatan Kerja Sama Sektor Pertanian

Sementara, kelas hanya diadakan pada hari Kamis dan Jumat setiap Minggu. Kemudian pada Minggu hingga Rabu mereka diangkut dengan bus ke sebuah pabrik di Hsinchu. Para siswa bekerja dalam shift yang berlangsung dari jam 7.30 pagi sampai 7.30 malam dengan waktu istirahat dua jam.

Sebagian besar siswa Indonesia tersebut adalah muslim. Namun yang mengejutkan, makanan yang diberikan kepada mereka terdiri dari daging babi.

Denny Caknan Tampil di Barcelona, Kini Hiasi E-Billboard Taiwan

Terlebih lagi ketika siswa mengajukan keluhan ke universitas, para pejabat hanya meminta mereka untuk bersabar dan mengatakan bahwa jika siswa membantu perusahaan, maka perusahaan juga akan membantu pendidikan mereka.

Dilansir dari Taiwan News, Legislator Kuomintang (KMT) Ko Chih-en, mengatakan 300 siswa Indonesia di bawah usia 20 tahun itu terdaftar di Universitas Hsing Wu di distrik Linkou, New Taipei, melalui broker.

Para siswa tersebut melanjutkan studinya di Taiwan lewat program yang dibuka oleh Departemen Manajemen Informasi pada pertengahan Oktober 2017.

Menurut Ko, setelah universitas mendaftar untuk membuka kelas khusus, mereka menerima subsidi dari MOE, yang kemudian digunakan untuk membayar broker untuk merekrut siswa. Para broker kemudian meyakinkan siswa dari negara-negara NSP untuk belajar di Taiwan.

Kementerian Pendidikan Taiwan (MOE) telah melarang program magang bagi mahasiswa tahun pertama. Meskipun ada larangan, sekolah tersebut mengatur agar para siswa bekerja sebagai kelompok. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya