Implementasi Demokrasi Naik di Negara Pasifik, Turun di Negeri Pelopor
- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Implementasi demokrasi sebagai sebuah sistem yang benar-benar membuat rakyat berdaulat atas negaranya, mengalami kemunduran di banyak negara di dunia.
Menurut Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, laporan yang dirilis pada 2017, menunjukkan tren penurunan nilai dalam sistem demokrasi yang mulai terjadi setidaknya sejak 2005.
"Selama 12 tahun, telah berlangsung penurunan dalam pelaksanaan demokrasi," ujar Retno dalam pidato pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) ke-11 di Nusa Dua, Bali, Kamis 6 Desember 2018.
Retno menyampaikan, penurunan itu justru terjadi di negara-negara yang sebelumnya merupakan pelopor juga pemimpin dalam pelaksanaan demokrasi. Pemerintah di negara-negara itu mulai tak menggubris suara rakyat, hingga membungkam juga kebebasan pers.
"Pilar, prinsip dan nilai-nilai demokrasi diuji di negara-negara yang sebelumnya terkenal akan demokrasinya," ujar Retno.
Sebaliknya, tren positif demokrasi terjadi di negara-negara Asia Pasifik. Indeks Demokrasi yang dirilis The Economist Intelligence Unit menunjukkan peningkatan pelaksanaan demokrasi dari angka 5,05 pada 2006, menjadi 5,41 pada 2016 di negara-negara Asia Pasifik.
"Di luar banyaknya tantangan yang dihadapi negara Asia Pasifik, pertumbuhan demokrasi di kawasan kami secara umum positif, melampaui tren di seluruh dunia," ujar Retno.
Dengan demikian, menurut Retno, negara-negara yang mengalami pertumbuhan positif demokrasi termasuk Indonesia, memiliki tugas untuk menyadarkan kembali dunia. Demokrasi sejauh ini masih diyakini sebagai sistem yang paling ideal untuk diterapkan dalam penyelenggaraan negara.
"Meski demokrasi bukan sistem yang sempurna, demokrasi memberi ruang yang cukup supaya suara setiap orang didengar. Dunia membutuhkan demokrasi yang menyatukan, bukan memisahkan. Demokrasi yang menciptakan harapan, bukan ketakutan. Demokrasi yang memberi kekuatan, bukan melemahkan," ujar Retno. (asp)