Ismail Marzuki Masih Bersyukur atas Musibah Amputasi Kaki di Melbourne
- abc
Karena keterbatasan Bahasa Inggrisnya, Ismail yang lulusan SMA ini mendapat bantuan seorang warga Indonesia yang bekerja di kantor pengacara Henry Carus, Eliza Tan.
"Tuhan sangat baik kepada saya, Alhamdulilah. Jadi dalam berkomunikasi dengan pengacara, ada ibu Eliza yang bisa berbahasa Indonesia, semuanya jadi lancar," kata Ismail lagi.
Selama dirawat beberapa waktu di RS, Ismail juga mendapat bantuan warga Indonesia di Melbourne maupun dari pihak KJRI.
"Dulu saya tidak mengenal mereka, sekarang semua orang yang membantu saya sudah menjadi saudara," ujarnya.
Walau merasa bersyukur, Ismail mengungkapkan terkadang perasaan sedih membersit bila mengingat peristiwa yang dialaminya.
"Terus terang saja, kalaupun saya diberi uang Rp 10 miliar dengan kaki terpotong seperti ini, saya akan memilih kaki meski tak memiliki uang," kata pria kelahiran Palembang tersebut.
Kemandirian hidupnya terganggu karena dia tidak bisa melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain.
"Yang jelas saya tidak bisa lagi bekerja yang membutuhkan fisik seperti menjadi anak buah kapal (ABK) yang dulu saya jalani," katanya.
"Bahkan di rumah dalam kehidupan sehari-hari saya kadang harus meminta bantuan istri, anak atau pegawai untuk membantu," tambahnya.