Banyak Manula di Hong Kong Terpaksa Memulung Kardus Bekas
- abc
Di bawah gedung-gedung mewah, Hong Kong tengah berjuang dengan warganya yang menua. Mereka terus bekerja keras menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup, meski usianya telah beranjak 90 tahunan.
Para perempuan manula, yang dikenal dengan sebutan "cardboard grannies", berkeliaran di jalanan untuk memulung kardus dan kertas bekas dari toko-toko dan pasar untuk dijual ke pabrik daur ulang seharga kurang dari Rp 1.300 per kilogram.
Buruknya jaminan sosial dan kebijakan pensiun di Hong Kong telah membuat banyak warga manula harus kembali bekerja. Mereka mendorong troli yang dipenuhi dengan tumpukan kardus bekas, membuat tubuh mereka yang kecil tenggelam.
Menurut sebuah survei terbaru yang dilakukan 505 pemilih kardus oleh kelompok advokasi, Waste Picker Platform, delapan dari sepuluh perempuan tersebut telah berusia lebih dari 60 tahun.
Para peneliti berbicara kepada mereka di 11 distrik di Hong Kong, yang rata-rata menghabiskan lima setengah jam sehari untuk mengumpulkan kardus dengan imbalan tidak lebih dari Rp 60 ribu. Usia paling tua dari yang pernah mereka wawancarai berusia 96 tahun.
Hampir 90 persen responden mengatakan mereka mulai mengumpulkan kardus-kardus untuk alasan ekonomi. Sekitar 25 persen mengaku untuk memenuhi kebutuhan dasar, mereka tergantung pada pengumpulan kardus.
Semakin banyak perempuan manula memulung sampah untuk memenuhi kebutuhan hidup.