Bagaimana Rasanya Menjadi Ibu Seorang Sosiopat
- bbc
"Ella adalah anak yang sangat percaya diri, dia tidak pernah mempermasalahkan perpisahan tetapi pada hari itu dia terus mengatakan `sekali lagi dipeluk, Mama, satu ciuman lagi`. Dia mengatakannya berkali-kali, saya sampai terlambat tiba di tempat kerja."
Charity juga memeluk Paris dan mengatakan "kamu mengetahui saya mencintaimu. Kita sudah pernah mengalami keadaan yang lebih buruk daripada sekarang dan kita juga bisa mengatasinya."
Charity kemudian pergi ke tempat kerja.
Ella saat berumur empat tahun. - BBC
"Tidak lama setelah tengah malam, ketika kami menutup rumah makan, polisi muncul di pintu dan mengatakan `Charity, kami perlu bicara denganmu. Anak perempuanmu terluka`."
Reaksi pertama Charity adalah untuk segera menemuinya, dia terus-menerus mengatakan "dia ada dimana? Anda harus mengizinkan saya menemuinya."
Mereka mengatakan dia ada di rumah, tetapi Charity tidak mengerti mengapa mereka tidak membawanya ke rumah sakit jika dia telruka.
Kemudian salah satu dari mereka mengatakan "Ella telah meninggal."
"Itu sama saja dengan akhir dari kehidupan saya," Charity mengingat-ingat.
Dia jatuh pingsan sebentar. Saat siuman dia mengatakan "Paris dimana? Apa dia baik-baik saja?"
"Ya, dia baik-baik. Dia bersama kami."
"Apa maksud Anda mengatakan `mengatakan dia bersama kamu?`"
Itulah saatnya mereka mengatakan - Paris adalah orang yang membunuh Ella.
"Itulah saatnya semuanya menjadi tidak masuk akal."
Apa yang terjadi
Paris meyakinkan penjaga anak untuk pulang sebelum ibunya kembali.
Dia kemudian ke kamar tidur Ella, memukulnya, mencekiknya dan menikamnya sebanyak 17 kali dengan pisau dapur.
Paris kemudian menghubungi seorang teman, ngobrol selama enam menit, sebelum menelpon 911 - nomor darurat setempat.
`Berbeda dengan pandangan umum, Paris adalah kakak laki-laki yang baik` kata Charity. - BBC
Mereka mengatakan kepadanya untuk memberikan pernafasan buatan kepada saudara perempuannya, dia mengatakan dirinya sudah mencoba.
Tetapi berdasarkan bukti yang ada, dia sebenarnya tidak berusaha menolong Ella.
"Saya mengatakan kepada orang lain bahwa diri saya hancur saat Ella meninggal, saya hancur menjadi miliaran keping," kata Charity.
"Ketika saya mengetahui pelakunya adalah Paris...ini seperti seseorang memungut kepingan itu dan meremukkannya kembali."
Di penghujung malam itu, Charity merasa dirinya telah dibinasakan.
"Saya berpikir tidak bisa lagi bangkit. Saya hanya ingin meninggal... Tetapi saya tidak bisa. Saya masih memiliki Paris."