Sandiaga: RI Harus Fokus Perjuangkan Palestina Ketimbang soal Israel
- VIVA/Anwar Sadat
VIVA – Calon Wakil Presiden RI, Sandiaga Salahuddin Uno, turut mengomentari wacana dibukanya kembali hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel. Menurut Sandiaga, bila muncul wacana membuka hubungan diplomatik dengan Israel, maka ada hal yang harus dipertimbangkan, yaitu prinsip Indonesia yang selama ini turut mendorong perjuangan kemerdekaan Palestina.
"Saya sangat yakin bahwa kita sebagai negara yang aktif dalam pergaulan persahabatan dan itu tentunya sudah menjadi pemikiran kita bagaimana kita memperjuangkan hak-hak Palestina selama ini. Apa yang menjadi hak-hak Palestina itu bisa terjadi, itu fokus kita," kata Sandiaga di Hotel Grand Kemang, Mampang, Jakarta Selatan, Kamis 18 Oktober 2018
Hal selanjutnya yang menjadi pertimbangan yakni ada atau tidak dampaknya dalam faktor ekonomi. Menurut Sandiaga, jika hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel dibuka kembali harus memberikan dampak positif bagi ekonomi, dan dapat lebih menguatkan lagi ekonomi Indonesia
"Menurut saya, kalau kita lihat (hubungan Israel-Indonesia), kembali lagi ke ekonomi. Dampak ekonominya itu seperti apa, karena kita melihat bahwa ekonomi Indonesia itu harus lebih kuat lagi ke depan, dan kita fokus kepada lapangan kerja, dan pada biaya hidup itu menjadi fokus kita sekarang. Masalah hubungan internasional harus kita arahkan, apa yang menjadi arah terbaik untuk Indonesia saat ini," ujarnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengungkapkan keinginannya untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
"Indonesia sangat-sangat penting bagi kami. Itu adalah negara yang sangat penting. Ini adalah salah satu negara terakhir di dunia, yang tidak memiliki hubungan terbuka dan kuat dengan Israel. Sebagian besar negara melakukannya," kata Netanyahu dalam sebuah konferensi internasional untuk jurnalis Kristen di Yerusalem.
"Indonesia memiliki lebih dari 200 juta penduduk. Sebagian besar Muslim, dan juga puluhan juta orang Kristen. Kami ingin melihat mereka di sini. Kami ingin memiliki hubungan yang baik dengan mereka," ujar Netanyahu, seperti dikutip dari Times of Israel.