Dua TKW Indonesia Diperlakukan Kasar di Singapura

Kereta MRT di Singapura lintasi deretan gedung pemukiman warga.
Sumber :
  • REUTERS/Pablo Sanchez

VIVA –  Kementerian Tenaga Kerja Singapura menyelamatkan dua pembantu rumah tangga asal Indonesia dari rumah majikan mereka di Sian Tian Avenue di Bukit Timah. Keduanya diduga mengalami perlakuan kasar dari majikannya.

Elon Musk Sebut Singapura Terancam Punah, Apa Sebabnya?

Salah satu tenaga kerja wanita berinisial M mulanya mengadukan perlakuan tersebut kepada media Singapura, Stomp, bahwa dia dan seorang PRT lainnya dipaksa tidur di halaman belakang rumah majikannya.

TKW berusia 40 tahun itu mengatakan bahwa majikannya tidak membiarkan mereka tidur di dalam rumah karena kamar mereka belum siap. "Sebenarnya, jika kita memindahkan beberapa kotak, akan ada cukup ruang bagi kita untuk tidur," kata TKW berinisal M, seperti diberitakan Asia One.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Keluarga majikan mereka baru saja pindah ke Sian Tian Avenue. M mengaku bahwa dia ditugasi untuk mengemasi lebih dari 3.000 botol anggur sendirian, setelah menyelesaikan tugas sehari-harinya.

"Hari itu saya tidur jam 2 pagi. Kami tidak pernah mendapat istirahat sore dan kami bekerja setiap hari dari jam 6 pagi sampai jam 11 atau 12 malam," ujarnya.

Sensasi Permainan Arkade Terbesar di Singapura Kini Hadir di Indonesia

Di hari libur, mereka hanya diizinkan pergi dari jam 1 sampai 2.30 sore dan harus kembali ke rumah jam 8 malam.

Selain itu M, yang mulai bekerja dengan majikan ini pada bulan Juni, mengatakan mereka hanya diberi uang makan $20 (setara Rp200 ribu) per minggu. "Kami tidak bisa membeli terlalu banyak karena majikan akan mengeluh dan memarahi jika kami membayar lebih dari 20 atau 50 sen. Pada akhirnya kami membeli Maggi mee dan tuna kaleng atau pasta," ujar M.

M mengeluh bahwa akhir-akhir ini dia sakit, dan mulai rutin mengonsumsi panadol.  "Saya pikir itu karena pekerjaan dan makan terlalu banyak mi instan," katanya.

Dia juga menunjukkan foto tanda di lengan temannya ketika dia jatuh dari tangga dan lengan atasnya terhantam di pagar besi. "Majikan saya tidak ingin mengirimnya ke dokter dan mengatakan bahwa itu akan menjadi lebih baik dengan sendirinya," katanya.

M mengaku ingin bekerja dan membutuhkan uang untuk menghidupi kedua putranya, yang berusia 11 dan 18 tahun, dan ibunya jika kembali ke Indonesia.

"Kementerian Tenaga Kerja telah mengetahui kasus ini, dan segera melakukan pemeriksaan di rumah tersebut untuk memverifikasi klaim yang dibuat oleh pekerja rumah tangga asing (FDW)," ujar juru bicara Kemenaker Singapura.

"Investigasi saat ini sedang berjalan," lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya