Logo ABC

PM Tonga Tantang Pemimpin Pasifik Turunkan Berat Badan

PM Tonga Akilisi Pohiva (duduk paling kanan) dalam pertemuan Pacific Islands Forum Leaders.
PM Tonga Akilisi Pohiva (duduk paling kanan) dalam pertemuan Pacific Islands Forum Leaders.
Sumber :
  • abc

Perdana Menteri Tonga Akilisi Pohiva menyarankan para pemimpin negara Pasifik untuk berkompetisi menurunkan berat badan selama setahun agar menjadi contoh bagi warganya. Saat ini kawasan Pasifik memiliki tingkat obesitas dan penyakit tak menular (NCD) tertinggi di dunia.

Akilisi Pohiva mengusulkan agar kompetisi ini dikaitkan dengan pertemuan tahunan Forum Kepulauan Pasifik, yang dijadwalkan berlangsung di Nauru pada September mendatang.

PM Australia Malcolm Turnbull akan menghadiri pertemuan itu bersama 17 pemimpin negara lainnya di kawasan.

"Kita seharusnya berkompetisi menurunkan berat badan; satu tahun penuh. Begitu kita bertemu tahun berikutnya, kita akan menimbang berat badan masing-masing dan melihat siapa pemenangnya," kata Pohiva kepada koran Samoa Observer.

Menurut dia, perlombaan ini bukan semata-mata siapa yang paling banyak kehilangan berat badan.

"Untuk menghilangkan berat badan, kita harus makan sedikit dan memiliki mental yang sehat," jelasnay.

"Begitu para pemimpin mengadaptasi pola pikir ini, mereka pasti mendorong warganya untuk hal yang sama," tambah PM Pohiva.

Desakan serupa sebelumnya disampaikan sejumlah pakar agar pemimpin regional bertindak serius atas masalah obesitas di kawasan ini.

Tingkat obesitas tertinggi

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa satu dari lima anak dan remaja di 10 negara Pasifik saat ini mengalami obesitas.

Menurut CIA, negara-negara Pasifik menempati peringkat 10 teratas dalam tingkat obesitas dunia pada 2016.

Pragya Singh dari Universitas Nasional Fiji (FNU) menyebutkan 40 hingga 70 persen anak-anak yang mengalami obesitas saat ini akan tetap obesitas saat dewasa.

Sementara Dr Colin Tukuitonga dari Pacific Community mengatakan sebenarnya penyakit tak menular seperti diabetes dan penyakit jantung adalah fenomena yang relatif baru di Pasifik.

"Bahkan ada penelitian yang mengaitkan hal itu dengan datangnya kulkas (ke kawasan ini)," kata Dr Tukuitonga.

"Itu berkorelasi dengan meningkatnya konsumsi makanan yang diproses dan minuman manis," tambahnya.

Minuman ringan sangat disukai

Minuman ringan sangat populer di Pasifik. Banyak penduduk Pasifik yang meminumnya berliter-liter setiap hari.

Salah satunya Betty Pinati dari Samoa yang mengaku sampai tahun lalu, mengkonsumsi minuman ringan minimal 4 liter perhari.

"Saya merasa akan terlihat seperti jutawan di mata orang lain," kata wanita berusia 29 tahun ini.

"Di Samoa, orang mengira wanita yang minum minuman ringan itu kaya, tanpa tidak melihat sisi lain yang memengaruhi kesehatan kita," ujarnya.

Pinati mengaku salah satu penyebabnya karena minuman ringan seringkali lebih murah daripada air minum.

Samoa dan beberapa negara tetanganya kini memberlakukan pajak atas gula.

Namun Dr Tukuitonga perusahaan besar minuman ringan berencana melobi pembatalan pajak tersebut.

Coca Cola yang dihubungi ABC menjelaskan "pendekatan kami adalah bahwa pajak minuman ringan terbukti tak efektif dalam memerangi obesitas."

Perusahaan ini mengatakan pihaknya berkomitmen bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Pasifik.

Pinati sendiri saat ini telah berhenti mengkonsumsi minuman ringan.

Dia mengaku, tidak hanya kehilangan 70 kg berat badannya dari 178 kg menjadi 107 kg, tapi kesehatannya pun meningkat signifikan.

"Sebelumnya saya tak bisa bernapas normal dan mudah terserang virus seperti pilek dan flu," katanya.

"Saya pernah sakit sebulan penuh. Bahkan tidak bisa makan, tidak bisa bergerak, juga tidak bisa tidur," tambahnya.

"Diabetes, kolesterol dan tekanan darah saya semuanya berfungsi normal sekarang," ujar Pinati.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.