Asia 'Juara' Kejahatan Perdagangan Manusia
- REUTERS
VIVA – Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia, Dharsana Perera mengatakan bahwa negaranya tak akan memberikan toleransi bagi pelaku penyelendupan manusia dan perdagangan orang.
"Negara kami memberlakukan zero tolerance untuk penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Diyakini ada organisasi atau sindikat yang beroperasi dalam kejahatan ini," kata Dubes Perera di Jakarta, Rabu 1 Agustus 2018.
Dubes Perera mengungkapkan bahwa Sri Lanka adalah salah satu negara di Asia Selatan yang berpotensi menjadi tempat kejahatan tersebut baik itu menjadi negara transit maupun negara tujuan penyelundupan.
Menurut Perera, keseriusan khusus dari pemerintah dan penentuan tujuan yang tepat sangat diperlukan untuk menangani kejahatan tersebut. Undang-undang yang ketat dan pelaksanaan pencegahan yang tepat juga perlu untuk mengurangi angka kejahatan ini.
"Sri Lanka sendiri memiliki kebijakan ketat dan beberapa mekanisme untuk menangani permasalahan ini. Namun, pencegahan dengan cara mencegah lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyelundupan manusia juga harus dilakukan. Pelaksanaan undang-undang harus diterapkan," ujarnya.
Untuk diketahui, saat ini lebih dari 50 persen korban penyelundupan manusia dan perdagangan orang terjadi di kawasan Asia dengan nilai hasil kejahatan ilegal US$2 miliar per tahun. Sebanyak 1,4 juta korban tersebut berada pada rentang usia 18 hingga 24 tahun.
Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mencatat bahwa Asia Selatan adalah wilayah dengan jumlah perdagangan manusia yang paling meningkat pesat di dunia. Lebih dari 150 ribu orang diperdagangkan dari Asia Selatan setiap tahunnya.