Logo ABC

John Howard Peringatkan China Gunakan Kekuatan Diaspora

John Howard adalah PM Australia dari Partai Liberal dari tahun 1996-2007.
John Howard adalah PM Australia dari Partai Liberal dari tahun 1996-2007.
Sumber :
  • abc

Mantan Perdana Menteri Australia John Howard memperingatkan bahwa China bisa saja menggunakan kekuatan warga mereka yang tinggal di Australia yang berjumlah lebih dari 1 juta orang untuk meningkatkan pengaruh di kawasan.

Berbicara dalam diskusi panel di London mengenai Jaringan Intelejen Five Eyes, Howard merngatakan "rasa percaya diri yang semakin meningkat dari China" sekarang ini lebih pantas dikhawatirkan dibandingkan ancaman siber.

"China memiliki diaspora besar di Asia Tenggara." kata Howard.

"Jumlah penduduk Australia akan mencapai 25 juta dalam waktu dekat, satu juta diantaranya adalah warga keturunan China."

"Mereka adalah warga negara yang baik yang sudah memberikan banyak kontribusi kepada negara kami, namun saya melihat bahwa China masih tertarik untuk menggunakan orang-orang ini untuk memperkuat pengaruh mereka."

Panel diskus itu diselenggarakan oleh lembaga pemikir Inggris Policy Exchange, dengan tema utama adalah pentingnya jaringan intelejen Lima Mata (Five Eyes) yaitu Australia, Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan Selandia Baru.

Howard yang pernah menjadi Perdana Menteri Australia dari tahun 1996 sampai 2007 mengatakan bagaimana dinas intelejen dari lima negara ini bereaksi terhadap apa yang dilakukan China akan menjadi "faktor yang sangat penting."

"Saya tidak meremehkan ancaman siber, namun berpura-pura tidak tahu bahwa ada ancaman dari China khususnya di wilayah kami, sama seperti membohongi diri sendiri." katanya.

Selain John Howard, yang menjadi pembicara adalah mantan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper dan mantan Sekretaris Jenderal NATO George Robertson dari Inggris.

Harper mengatakan dia meloihat ancaman siber merupakan ancaman paling serius yang dihadapi oleh lima negara ini, dan beberapa negara menggunakan sistem telekomunikas oleh perusahaan China membuat khawatir negara lainnya.

"Negara berbeda mengijinkan masuknya China ke dalam sistem infrastruktur perangkat keras, dan dalam beberapa hal juga menggunakan piranti lunak, hal yang membuat negara lain enggan untuk terlibat dalam operasi siber." kata Harper.

Pernyataan Harper ini tampaknya mengacu pada keterlibatan perusahaan telekomunikasi raksasa China, Huawei dalam proyek infrastruktur di Inggris, Kanada dan Selandia Baru.

Amerika Serikat sudah menyampaikan kekhawatiran mengenai hubungan Huawei dengan pemerintah China, sementara Australia di tahun 2012 melarang Huawei terlibat dalam pembangunan jaringan kabel internet dalam proyek National Broadband Network, dan baru-baru juga mencegah keterlibatan Huawei dalam jaringan telepon 5G.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini