Tekanan Berat Warga Uighur di Bawah Pemerintahan China
- abc
AP: Ng Han Guan, File
Pemerintah China secara teratur mengutip pengaruh dari luar, yaitu ekstremisme agama dan separatisme, sebagai justifikasi atas tindakan keras terhadap etnis Uighur.
Sejumlah orang Uighur diketahui bergabung dengan milisi Islam di Suriah dan Irak, yakin bahwa dengan mendapatkan pelatihan militer dan solidaritas jihadis internasional, mereka suatu hari bisa melakukan perlawanan di Xinjiang.
"Tapi China menjaga pintu keluar masuk ke Xinjiang, dan strategi ini bukan ancaman bagi Pemerintahan Beijing. Jelas bukan satu hal yang dapat membenarkan tindakan keras saat ini," kata Dr Brophy.
Laporan Human Rights Watch mengatakan upaya memadamkan "pengaruh luar" dan "ekstremisme agama" berkembang menjadi kampanye yang lebih luas dan sewenang-wenang terhadap siapa pun yang dicurigai melakukan ketidaksetiaan politik.
Di Xinjiang, itu dapat berarti orang Uighur, khususnya mereka yang mengekspresikan identitas agama atau budaya mereka bahkan dengan damai.
Nizamidin bersama istri dan ibunya di Bandara Urumqi. Dia mengaku inilah terakhir kalinya dia melihat istrinya.
Supplied: Almas Nizamidin
Di Xinjiang saat ini misalnya, menumbuhkan jenggot, salat secara teratur, atau menghubungi keluarga di luar negeri, dapat menyebabkan seseorang dipenjara atau dikirim ke "kamp pendidikan ulang".
"Di Xinjiang, menjadi orang Uighur, menjadi etnis minoritas, itu kejahatan besar" kata Almas Nizamidin.
"Orang seperti domba yang menunggu untuk dibunuh, kehilangan harapan," tambahnya.
Menurut Profesor Millward, beberapa elemen dari "kamp pendidikan ulang" menyerupai Revolusi Kebudayaan China. Kampanyenya menggunakan cara-cara pemaksaan untuk mengubah sikap orang.
"Penargetan etnis dan agama dari seluruh kelompok etnis dan penggunaan penahanan massal, mencerminkan preseden sejarah yang sangat gelap," katanya.
Deplu Australia mengatakan pihaknya prihatin dengan meningkatnya laporan penganiayaan terhadap orang Uighur di Xinjiang.
"Kami telah menyampaikan permasalahan ini dengan China," kata Deplu Australia.