Kisah Noura, Remaja Belia Divonis Mati Setelah Bunuh Suami
- bbc
Zainab Ahmed mengatakan anak perempuannya yang pintar tersebut adalah seseorang yang pendiam.
"Dia punya cita-cita," kata Zainab. "Noura bermimpi mempelajari hukum di universitas untuk akhirnya menjadi seorang dosen."
Keluarga besarnya meninggalkan daerah konflik Darfur pindah ke al-Bager ketika Noura masih anak-anak.
Mereka tidak mempunyai banyak uang, tetapi usaha ayah Noura -sebuah toko kelontong kecil yang menjual berbagai peralatan dan minyak- memungkinkan anak perempuannya mendapatkan pendidikan.
Hal ini membuatnya sangat gembira.
Tetapi pada tahun 2015, sepupu Noura, Abdulrahman Mohamed Hammad, 32 tahun, melamarnya. Saat itu dia berumur 16 tahun.
Ibunya mengatakan anak perempuannya pada mulanya tidak terganggu dengan lamaran tersebut, tetapi Noura meminta diizinkan melanjutkan pendidikannya. Dia juga meminta pernikahannya ditunda sampai ibunya melahirkan.
Meskipun demikian keluarga terus mendesak, terutama ayahnya sendiri, Hussein.
"Banyak anak perempuan di daerah ini menjadi hamil dan melahirkan anak haram," kata Hussein.
Hussein mengatakan dirinya tidak menginginkan anak perempuannya mengalami nasib serupa dan menjadi ibu tanpa suami.
Meskipun Noura mengikuti upacara pendahuluan, dia kemudian semakin terlihat menolak pernikahan.
Dia melarikan diri ke bibinya di Sinnar, sebuah kota sekitar 350 km dari desanya. Noura berada di slana selama dua hari. Dia diajak pulang ke rumah dengan pemahaman bahwa pernikahan tidak akan dirampungkan.
Kenyataannya, begitu dia kembali upacara pernikahan dilanjutkan tetapi dia tidak diharuskan tinggal bersama suaminya.
Selama dua tahun sesudahnya Noura tetap berada di rumah keluarganya. Ketika Abdulrahman mengunjungi, dia langsung mengatakan dirinya tidak berkeinginan menikah dengannya.