Larangan Mengemudi Dicabut, Wanita Arab Saudi Turun ke Jalan

Perempuan di Arab Saudi mengendarai mobil
Sumber :
  • REUTERS/Faisal Al Nasser

VIVA – Kaum wanita di Arab Saudi turun ke jalan pada Minggu tengah malam. Hal itu dilakukan untuk mengiringi berakhirnya larangan mengemudi bagi perempuan.

Lowongan Masinis Perempuan di Saudi Dibanjiri 28 Ribu Pelamar

Sejak lama, larangan itu dilihat sebagai represi terhadap perempuan di kerajaan Muslim yang sangat konservatif tersebut.   

"Rasanya aneh, saya sangat senang...Saya terlalu bangga untuk melakukan ini sekarang," ujar Majdooleen al-Ateeq (23), dalam Lexus hitamnya saat melaju melintasi Riyadh untuk pertama kali seperti dilansir Reuters. 

Sosok Kriangkrai, PRT Sebabkan Sejarah Berdarah Thailand-Arab Saudi

Pencabutan larangan itu diperintahkan Raja Salman, September lalu. Hal itu merupakan bagian dari reformasi besar-besaran yang didorong oleh putra mudanya, Putra Mahkota Muhammad bin Salman. Pencabutan tersebut dalam upaya untuk mengubah ekonomi eksportir top minyak dunia itu dan membuka masyarakatnya yang tertutup.

Para wanita menyusuri jalan utama di kota timur Khobar dan bersorak ketika polisi mengawasinya. "Kami siap, dan itu benar-benar akan mengubah hidup kami," kata Samira al-Ghamdi, seorang psikolog berusia 47 tahun dari Jeddah, salah satu wanita pertama yang akan diberikan lisensi.

Arab Saudi-Thailand Berselisih 30 Tahun karena PRT Pangeran

Pencabutan larangan itu yang selama bertahun-tahun menimbulkan kecaman dan perbandingan internasional terhadap kekuasaan Taliban di Afganistan, disambut baik oleh sekutu Barat. Hal itu sebagai bukti tren progresif baru di Arab Saudi.

Namun, hal itu disertai dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, termasuk terhadap beberapa aktivis yang sebelumnya berkampanye menentang larangan tersebut. Saat ini, mereka di penjara ketika rekan-rekannya turun ke jalan untuk pertama kalinya secara hukum.

Wanita dengan SIM asing baru akan mengubahnya awal bulan ini sehingga jumlah pengemudi baru tetap rendah. Sementara wanita lain berlatih di sekolah-sekolah baru yang dikelola negara. Sekitar 3 juta wanita diperkirakan akan mengemudi pada tahun 2020.

Namun banyak juga wanita yang enggan menyetir lantaran terbiasa dilayani sopir. Mereka mengatakan enggan untuk menyetir di jalan raya yang sibuk di negara itu.

"Saya pasti tidak ingin menyetir," kata Fayza al-Shammary (22), seorang pramuniaga. "Aku suka menjadi puteri yang dibukakan pintu mobil oleh seseorang dan mengantarku kemana-mana."


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya