Makin Banyak Pemuda Asing 'Jatuh Cinta' Tarian Indonesia
- Kementerian Luar Negeri RI
VIVA – Banyak cara memperkenalkan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia kepada dunia. Salah satunya adalah dengan mengundang secara langsung generasi muda dari berbagai negara untuk belajar dan mengenal Indonesia lebih dekat.
Kementerian Luar Negeri RI selama 16 tahun terakhir lewat program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI), telah mengundang ratusan pemuda asing dari berbagai negara untuk belajar kearifan budaya Indonesia.
Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Azis Nurwahyudi mengatakan, manfaat dari program BSBI ini sudah sangat terasa dampaknya. Hal ini terbukti dengan mulai dikenalnya berbagai seni dan kebudayaan di berbagai negara.
"BSBI menciptakan jembatan dunia melalui seni dan budaya. Jadi kita bentuk teman-teman dari berbagai negara menjadi sahabat Indonesia, yang kelak mempromosikan Indonesia melalui seni, budaya dan kegiatan sosial lainnya," kata Azis saat berbincang dengan VIVA Jumat 22 Juni 2018.
Misalnya saja di Suriname. Azis mengungkapkan, di Suriname saat ini banyak anak-anak keturunan Indonesia yang memperoleh tambahan pengetahuan seni dan tari dari BSBI. Apalagi seni tari yang diajarkan bukan saja dari Jawa, tetapi juga dari Sumatera, Kalimantan dan Bali.
Di Hongaria, seorang alumni BSBI ada yang sudah menerjemahkan karya sastra Indonesia dalam bahasa Hongaria. Sementara di Athena, ada sebuah sanggar tari yang pengajarnya adalah orang asli Athena.
"Di Belanda alumni BSBI mendirikan organisasi Indonesia-Netherland Youth Society yang tugasnya membantu lobby kita dengan anak-anak muda di Belanda. Belum lagi teman-teman di Kamboja, mereka mendirikan organisasi alumni BSBI Indonesia dan mereka bilang siap membantu," ungkap Azis.
Enam Kota
Tahun ini, sebanyak 72 pemuda asing berusia 20-an tahun dari 44 negara disebar ke enam kota di Indonesia. Di antaranya Yogyakarta, Banyuwangi, Padang, Kutai Kartanegara, Makassar dan Bali. Di lima kota itu, para pemuda yang telah disaring di negaranya masing-masing itu kemudian dilatih selama tiga bulan lewat sebuah sanggar.
"Mereka belajar tari tradisional, musik tradisional seperti gamelan, belajar bahasa Indonesia, kemudian kearifan lokal misalnya di Bali belajar membuat sesaji, di Yogyakarta mereka membantik. Jadi semua disesuaikan dengan situasi lokal," tuturnya.
Setelah berlatih dan belajar selama tiga bulan, puluhan pemuda tersebut kemudian akan tampil dalam Indonesia Channel yang akan digelar pada tanggal 4 Juli 2018 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. (ren)
Â