Rusia Kutuk Agresi Militer AS dan Sekutu ke Suriah
- Sergei Chirkov/POOL via Reuters
VIVA – Agresi pasukan militer Amerika Serikat bersama negara sekutu yang melancarkan serangan udara ke Suriah, Sabtu pagi, menuai protes. Aksi serangan ini sebagai respons atas serangan fasilitas senjata kimia yang menewaskan puluhan orang pekan lalu.
Dilansir dari Aljazera, Minggu, 15 April 2018, Rusia sudah lama memperingatkan AS agar paham konsekuensi dari serangan misil ke Suriah era Presiden Bashar al-Assad.
Pasca serangan AS dan sekutu, Duta Besar Rusia untuk Washington, Anatoly Antonov menegaskan, aksi tersebut tidak bisa dibiarkan karena dikhawatirkan akan berdampak. Salah satunya potensi hubungan antara AS dengan Rusia.
Namun, mantan Asisten Menteri Pertahanan AS, Lawrence Korb, mengatakan kepada Al Jazeera, respons protes Rusia kemungkinan besar hanya sebatas pada kecaman publik. Sebab, Pentagon dalam agresi ke Suriah tak menargetkan posisi militer Rusia.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk aksi serangan AS dan sekutu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs web Kremlin tanpa menyebutkan rencana balas dendam. Dia mengatakan, Moskow menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB mendesak untuk membahas perkembangan itu.
Media Rusia menyebarkan informasi pada Sabtu terkait serangan AS dan sekutu bertujuan mencegah kedatangan penyelidik dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di Suriah. Informasinya, kedatangan tim penyelidik untuk dugaan penggunaan senjata kimia di Douma.
Salah seorang yang menyuarakan hal ini adalah Leonid Slutsky yang merupakan kepala komite parlemen Rusia untuk urusan luar negeri.
"Washington dan sekutunya berusaha menutupi jejak mereka dalam kasus memalsukan serangan gas di Douma Suriah," katanya.