Rekam Jejak Presiden Mesir Terpilih, Anak Tukang Perabot
- REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
VIVA – Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi memenangi Pemilihan Presiden dengan 97,08 persen suara sah. Dia akan memimpin Mesir untuk periode kedua selama empat tahun ke depan.
Lahir di Kairo pada 19 November 1954, ayah Presiden Sisi adalah pembuat perabot mebel dan barang antik di wilayah Ganaleya. Sisi dicatat lulus dari Akademi Militer Mesir pada 1977.
Sisi pernah menjabat sebagai kepala Informasi dan Keamanan di Kementerian Pertahanan, Atase Militer di Arab Saudi, kepala staf dan kemudian menjadi komandan Zona Militer Utara Mesir pada 2008.
Pada 2011, dia diangkat menjadi kepala Intelijen Militer dan menjadi salah satu anggota termuda di Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata.
Sisi kemudian diangkat sebagai menteri Pertahanan oleh Presiden Mohamed Morsi pada Agustus 2012. Tak lama setelahnya, Sisi menggulingkan Morsi pada Juli 2013 sebagai bagian dari protes massal terkait kekuasaan Morsi selama setahun.
Sisi yang tak berafiliasi dengan partai politik mana pun lalu mengambil alih jabatan presiden pada Juni 2014. Dia memenangi 96,91 persen suara dalam pemilihan tahun 2014 tersebut.
Gaya kepemimpinan Sisi sempat membawa stabilitas bagi Mesir. Namun, para kritikus mengatakan bahwa popularitasnya kini sedikit dipengaruhi oleh reformasi ekonomi keras yang memukul kondisi kehidupan masyarakat.
Di sisi lain, para pendukung Sisi membela langkah-langkah ekonomi yang diperlukan untuk menjaga negara tetap stabil.
Sisi memang mewarisi keadaan ekonomi yang sedang "sakit" sejak pertumbuhan ekonomi Mesir melambat pascapemberontakan yang menggulingkan Hosni Mubarak pada 2011. Ketidakstabilan politik dan tantangan keamanan menyebabkan wisatawan dan investor pun cabut dari Mesir.
Sisi tak lama setelahnya mengambil beberapa keputusan serius untuk meningkatkan ekonomi. Pada 2016, Mesir mulai melakukan program reformasi ekonomi tiga tahun yang ketat termasuk devaluasi mata uang, pemotongan subsidi, dan kenaikan pajak untuk mengurangi defisit anggaran.
Namun, dia disalahkan karena menghabiskan banyak dana untuk pembangunan meganasional dan proyek infrastruktur yang menghasilkan hanya sedikit dana pengembalian negara. Namun, Sisi mengatakan, ia sedang membangun masa depan untuk generasi yang akan datang.
Pemerintah Mesir baru-baru ini juga meningkatkan upaya untuk mengembangkan dan mempertahankan Sinai. Operasi militer yang dimulai pada 9 Februari 2018 itu bertujuan untuk membersihkan wilayah kelompok teroris dan memberikan keamanan bagi warganya.
Saat membuka pusat antiterorisme di Sinai bulan lalu, Sisi dengan seragam militernya telah meminta militer untuk menggunakan semua kekuatan yang diperlukan untuk mengalahkan militan Islam yang mengancam stabilitas.
Provinsi Sinai di utara Mesir telah menjadi pusat serangan teroris yang menewaskan ratusan polisi dan tentara sejak pemecatan Presiden Morsi. ISIS yang berbasis di Sinai juga mengklaim bertanggung jawab atas sebagian besar operasi teror di Mesir selama beberapa tahun terakhir.
Dalam hubungan internasional, setelah bantuan militer AS ditangguhkan dan dipotong sebagian anggarannya, Sisi cenderung memperkuat hubungan dengan negara-negara Eropa serta China dan Rusia.