Terungkap Dunia Hitam Prostitusi Anak-anak Rohingya

Permukiman pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, hampir 700 ribu orang
Sumber :
  • BBC

VIVA – Keras dan sulitnya hidup para pengungsi Rohingya di area pengungsian di Cox's Bazar, Bangladesh, kini menjadi bulan-bulanan para mucikari dan pelaku trafficking atau perdagangan manusia di negara itu.

Ingin Tangkap Pemimpin Militer Myanmar, ICC: Rohingya Tidak Pernah Dilupakan

Anak-anak perempuan hingga remaja Rohingya, yang masih belasan tahun itu, kini target empuk dijadikan pekerja seks komersial, alias PKS.

Dikutip dari laman BBC, Rabu 21 Maret 2018, melalui investigasi media tersebut di Cox's Bazar, sejumlah anak perempuan mengaku mereka menjadi korban trafficking. Anwara salah satunya yang baru berusia 14 tahun. 

Setelah Israel-Hamas, ICC Buru Pimpinan Militer Myanmar yang Lakukan Kejahatan Pada Muslim Rohingya

"Ada wanita yang datang dengan mobil van, dia menanyakan saya mau kerja, lalu saya ikut," kata Anwara.

Namun, kata dia, setelah dia naik ke mobil van dan dibawa ke kota yang tak jauh dari Cox's Bazar, dia malah dipertemukan dengan dua pria yang memukulinya dan mengancamnya dengan pisau. Mereka lalu memperkosa Anwara.

Usai Ditolak di Aceh Selatan, Kondisi Pengungsi Rohingya Terkatung-katung di Banda Aceh

Bersama Foundation Sentinel, yayasan nirlaba yang bergerak memerangi kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan, BBC juga mencari tahu jaringan dan mucikari yang menjual anak-anak perempuan Rohingya di Cox's Bazar.

Melalui tim yang menyamar, mereka menanyakan kepada pihak hotel yang menjadi lokasi prostitusi dan sopir yang mengantar klien bahwa mereka membutuhkan PSK usia belasan tahun dan meminta anak perempuan Rohingya. 

Namun, si mucikari memberi penjelasan bahwa anak Rohingya adalah yang paling kotor dan biasanya sudah membuat para klien mereka bosan.

Lalu, mucikari tersebut menawarkan belasan foto anak perempuan Rohingya dengan rentang usia 13 tahun hingga 17 tahun. 

"Saya tak lagi punya keluarga, saya juga pernah diperkosa di Myanmar, seperti tak ada lagi pilihan," kata seorang perempuan yang dijadikan PSK dengan sangat sedih.

Diketahui bahwa anak-anak perempuan Rohingya yang dijadikan sebagai PSK, biasanya harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tatkala tak ada klien yang mau memesan "jasa" mereka. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya