Balas 'Dendam', Rusia Usir 23 Diplomat Inggris dari Moskow
- bbc
Rusia memutuskan untuk mengusir 23 diplomat Inggris dari Moskow sebagai langkah balasan atas tindakan pengusiran terhadap 23 diplomat Rusia dari London.
Keputusan itu mengemuka setelah Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil Duta Besar Inggris, Laurie Bristow, pada Sabtu (17/3), untuk memberitahu langkah yang ditempuh pemerintah Rusia.
Menyusul pertemuan tersebut, Bristow mengatakan Inggris tidak bertikai dengan rakyat Rusia dan akan "selalu melakukan yang perlu dilakoni untuk membela diri kami".
Dalam pernyataan Kemenlu Rusia, ke-23 diplomat Inggris akan diberi status. Aksi itu dijalankan karena Rusia "punya hak melakukan langkah balasan saat terjadi aksi tidak bersahabat".
Kemenlu Rusia menambahkan pihaknya hanya menanggapi "aksi provokatif" dan "tuduhan tidak terbukti" yang ditudingkan pemerintah Inggris.
Ke-23 diplomat Inggris tersebut harus meninggalkan Moskow dalam kurun satu pekan mendatang.
Selain mengusir para diplomat, pemerintah Rusia menegaskan bakal menutup pusat kebudayaan Inggris, British Council, serta Konsulat Inggris di St Petersburg.
British Council menyatakan "sangat kecewa" pada keputusan itu.
Pada Rabu (14/3), Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengumumkan pengusiran 23 diplomat Rusia.
Ke-23 diplomat bersangkutan sudah harus meninggalkan Inggris dalam waktu satu minggu.
Para diplomat diidentifikasi sebagai `aparat intelijen` yang tidak dinyatakan secara resmi.
Pengusiran dilakukan terkait serangan terhadap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, yang berusia 66 tahun, dan putrinya, Yulia, 33 tahun, di Salisbury, 4 Maret lalu.
Rusia membantah terlibat dalam upaya pembunuhan Skripal dan Kedutaan Besar Rusia di London menyatakan pengusiran 23 diplomat `tidak bisa diterima, tidak bisa dibenarkan, dan berpikiran pendek`.
Juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova, menyatakan sumber amat mungkin berasal dari Inggris, Republik Ceko, Slowakia, Swedia, atau Amerika Serikat.
Kepada jaringan berita Rusia, Rossiya 24, Zakharova mengatakan negara-negara tersebut telah menguji zat saraf tersebut sejak 1990-an.
Menlu Republik Ceko, Martin Stropnicky, membantah klaim itu sebagai pernyataan "tidak berdasar" dan "cara klasik memanipulasi informasi di ruang publik".
Adapun Menlu Swedia, Margot Wallstrom, mencuit, "Dengan sangat keras menolak tuduhan tidak berdasar dan tidak bisa diterima. Rusia seharusnya menjawab pertanyaan Inggris."