Misteri `Paspor Brasil` Milik Pemimpin Korea Utara
- bbc
Di tahun 1990-an, Korea Utara menghadapi dunia yang bersikap dingin terhadap negara itu. Pendukung utamanya, Uni Sovyet, sudah menjadi bagian dari catatan sejarah.
Di dalam negeri, Korea Utara menghadapi kelaparan dan kekurangan, sementara di kancah internasional Pyongyang diperlakukan sebagai negara terkucilkan. Korea Utara berhutang miliaran dolar ke pihak luar.
Dalam dunia diplomasi pasca Perang Dingin, jumlah sahabat Korea Utara terus berkurang, sehingga paspornya tidak terlalu bisa digunakan dengan leluasa. Keluarga penguasa Pyongyang juga kemungkinan cenderung berusaha menyembunyikan diri.
Meskipun demikian ahli Korea Utara di lembaga pemikir Inggris, Chatham House, Dr John Nilsson-Wright, terkejut karena Kim Jong-il, yang saat itu sudah dua tahun berkuasa, telah mempertimbangkan untuk pergi ke luar negeri dengan menggunakan paspor palsu.
"Mengapa dia melakukan hal itu? Kim Jong-il dipandang tidak terlalu mengkhawatirkan adanya risiko. Kami mengetahui bahwa dia telah beberapa kali mengunjungi Moskow dan Beijing, tetapi kemungkinan dia memang tidak memerlukan paspor," kata Dr Nilsson-Wright kepada program BBC, Newshour.
"Jadi kemungkinan ini adalah usahanya dan anak laki-lakinya untuk memikirkan cara melarikan diri dari Korea Utara, dan ini akan mengungkapkan banyak hal dan ini sangat mengejutkan."
Hal ini mengisyaratkan bahwa pemimpin Korea Utara itu mengatakan, "terdapat semacam ketidakpastian, bahwa negara itu tidaklah seaman yang kita pikirkan".
Pandangan umum yang ada, karena beragamnya penduduk Brasil, maka hampir semua penduduk dunia kemungkinan dapat menyatakan diri sebagai orang Brasil dan karenanya paspor negara itu menjadi populer.
Seorang pejabat Brasil mengatakan hal ini kepada wartawan al-Jazeera di tahun 2011.