Kata INDEF Soal Risiko Ekonomi RI Sepanjang 2018
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan sebesar 5,1 persen. Angka ini lebih kecil dari prediksi Presiden Joko Widodo sebesar 5,3 hingga 5,4 persen.
"Terkait pertumbuhan ekonomi, INDEF memproyeksikan tahun depan hanya 5,1 persen," ujar Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto dalam seminar nasional proyeksi ekonomi Indonesia 2018 di Universitas Bakrie, Jakarta, Rabu 29 November 2017.
Eko menuturkan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 mendatang akan ditentukan oleh efektivitas kebijakan pemerintah dalam memulihkan daya beli masyarakat dan menarik investasi langsung yang berdampak pada peningkatan lapangan kerja.
Menurut INDEF, jika pemerintah tidak mampu menjawab kedua tantangan tersebut maka besar kemungkinan perekonomian nasional akan hanya tumbuh 4,9 persen. "Jika tidak angkanya stagnan saja 4,9 persen," katanya.
Selain itu, lanjut Eko, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan dipengaruhi oleh faktor global, seperti penguatan mata uang dollar Amerika Serikat (AS), pergantian gubernur bank sentral AS, hingga reformasi perpajakan AS oleh Donald Trump.
"Kemudian ada risiko geopolitik yang berpotensi menaikkan harga minyak tahun depan seperti ketegangan AS dan Korea Utara," kata Eko.
Sementara dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi nasional akan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, kesehatan fiskal, kredit perbankan, hingga kinerja industri manufaktur.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan akan berada di kisaran 5,3 hingga 5,4 persen. Ekonomi yang tumbuh itu ditopang oleh pertumbuhan ekonomi daerah.
"Kumpulan ekonomi daerah itu akan berperan terhadap perekonomian nasional. Angkanya diprediksi sekitar (5,3-5,4 persen) itu," kata Jokowi di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 29 November 2017.