8 Negara yang Menderita Kesenjangan Tinggi Akibat Korupsi
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA.co.id – Kesenjangan ekonomi di antara negara-negara OECD masih menjadi masalah. Bahkan beberapa negara terkaya dan paling maju memiliki kesenjangan paling besar antara orang kaya dan orang miskin.
Dilansir dari Business Insider, pada Selasa 8 Agustus 2017, data terbaru yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), menunjukkan tingkat kesenjangan ekonomi di 36 negara anggota.
Kesenjangan ekonomi diukur dengan skala antara nol dan satu, di mana skala nol mewakili kesenjangan rendah dan skala satu mewakili kesenjangan yang tinggi (jika seseorang memiliki segalanya dan orang lain tidak memiliki apa-apa).
Lalu, setiap negara memiliki dua nilai: satu untuk kesenjangan pendapatan pasar, yang mengukur gaji, pendapatan modal dan properti, dan satu lagi untuk pendapatan setelah redistribusi, yang juga memperhitungkan faktor leveling, seperti pajak yang dibayarkan, tunjangan tunai dan jaminan sosial.
Semua negara melihat pengurangan kesenjangan setelah redistribusi dipertimbangkan, walaupun jumlah kesenjangan berkurang sangat bervariasi. Adapun delapan negara dengan kesenjangan tertinggi yaitu:
1. Cile - 0,47
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.50
Seperti di Meksiko, redistribusi membuat perbedaan yang relatif kecil terhadap kesenjangan di Cile. Pajak sering memberatkan pada orang-orang yang paling miskin, mengurangi pendapatan dan kemungkinan mobilitas sosial ke atas.
Negara ini juga harus menghadapi korupsi dan sejumlah kecil oligarki yang berkuasa. Namun, menurut Bank Dunia jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan telah menurun sejak 2006.
2. Meksiko - 0,46
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.48
Redistribusi di Meksiko membuat perbedaan kecil dengan kesenjangan negara, dan tingkat kesenjangannya semakin tinggi.
Lebih dari setengah populasi negara tersebut hidup di bawah garis kemiskinan, sementara empat orang terkaya adalah miliarder, yang menurut London School of Economics, dapat dengan nyaman membayar semua pengangguran di 2/3 Meksiko, dengan upah minimum mereka.
Korupsi dan prevalensi kartel obat bius juga membuat bagian Meksiko termasuk yang paling berbahaya di dunia.
3. Amerika Serikat - 0.39
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.51
Redistribusi di Amerika Serikat mengurangi kesenjangan, tapi lebih rendah dari kebanyakan negara lain. Kesenjangan kekayaan makin memburuk secara signifikan sejak 1980-an, yang paling menonjol di pusat kota, dimana tingginya biaya pendidikan dan perawatan kesehatan.
4. Turki - 0,39
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.42
Redistribusi membuat kesenjangan di Turki turun, dibandingkan dengan negara-negara lain yang diteliti. Namun, ini berasal dari negara-negara yang paling tidak senjang sebelumnya, karena pajak dan jaminan sosial membuat perbedaan yang relatif sedikit, dibandingkan di negara lain.
5. Israel - 0,37
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0,46
Redistribusi di Israel membuat perbedaan yang kecil terhadap tingkat kesenjangan di negara tersebut, dibandingkan dengan 36 negara lainnya.
Meskipun redistribusi mengurangi kesenjangan secara keseluruhan, Israel menjadi negara OECD kelima yang paling tinggi kesejangannya setelah pajak dipangkas.
6. Estonia - 0,36
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.51
Tingkat kesenjangan Estonia sangat mirip dengan Inggris, baik sebelum dan sesudah redistribusi, dan telah memburuk pada tahun-tahun sejak krisis keuangan 2008.
Karena penduduknya telah semakin banyak pindah ke pusat kota, pemerintah telah mengurangi layanan publik pedesaan, yang melanggengkan ketidaksetaraan di wilayah yang lebih jauh.
7. Inggris - 0,36
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.53
Inggris memiliki tingkat kesenjangan tertinggi ketiga di Eropa setelah redistribusi, dan gabungan keempat tertinggi, dengan Spanyol, dari 36 negara sebelumnya. Setelah redistribusi, Spanyol lebih menyamai Inggris.
8. Lithuania - 0.35
Ketidaksetaraan sebelum redistribusi: 0.51
Lituania memiliki tingkat kesenjangan tertinggi di Eropa, baik sebelum dan sesudah redistribusi, meskipun pajak menurun secara signifikan. 20 persen populasi teratas memiliki 6,1 kali jumlah pendapatan dan sekitar seperlima populasi diperkirakan berisiko mengalami kemiskinan, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).
Â