Serangan Siber Meningkat, Bank Sentral di ASEAN Perkuat Pertahanan

Ilustrasi serangan siber jelang pemilu.
Sumber :
  • scmp.com

Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung mengatakan, saat ini terdapat peningkatan risiko siber dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di negara-negara ASEAN, termasuk di Indonesia.

Bank Saqu Ungkap 30 Persen Nasabahnya Sudah Adopsi Fitur Tabungmatic

Hal itu akibat insiden-insiden siber yang terus mengalami peningkatan, baik dari sisi frekuensinya, tingkat kejadiannya, maupun dari sisi kecanggihan di dalam serangannya.

"Keberhasilan serangan siber yang terus terjadi pada infrastruktur sistem keuangan, pada gilirannya bisa menyebabkan menurunnya kepercayaan pada sistem keuangan kita, dan tentu saja terganggunya layanan pada sistem keuangan kita," kata Juda dalam telekonferensi di seminar 'Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi Mendorong Intermediasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan', Senin, 23 Oktober 2023.

BI Reports Limited Residential Property Price Growth in Q3 2024

Serangan hacker atau siber.

Photo :
  • Science News

Bahkan, Juda mengakui bahwa sejumlah deputi gubernur dari bank-bank sentral di negara-negara anggota ASEAN, juga tengah memperkuat keamanan sibernya masing-masing.

Serangan Israel di Beirut Selatan, 31 Orang Tewas

"Kemarin di Bali saya bertemu beberapa Deputi Gubernur (bank sentral) di kawasan ASEAN ini, di mana mereka juga sama banyaknya dalam mengalami insiden siber dalam setahun terakhir. Sehingga semua sedang dalam mood untuk penguatan cyber security ini," ujarnya.

Dihadapkan pada tantangan tersebut, Juda memastikan bahwa kebijakan BI akan tetap diarahkan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dengan tetap menjaga momentum ekonomi yang tengah terjadi saat ini.

Penghargaan dari Bank Indonesia

Photo :
  • Topremit

Kebijakan moneter tetap diarahkan pada pro-stability, untuk mengendalikan inflasi dan dalam menghadapi gejolak eksternal. Sedangkan kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar serta UMKM, tetap diarahkan pada pro-growth untuk mendorong pertumbuhan dan daya beli masyarakat.

Sementara untuk kebijakan makroprudensial, Juda menegaskan bahwa pada dapat dewan gubernur (RDG) terakhir, pihaknya juga telah melakukan evaluasi-evaluasi yang kesimpulannya memutuskan bahwa BI tetap harus menjaga kebijakan makroprudensial yang akomodatif.

"Ada sisi LTV, RIM, RPIM, dan lain sebagainya, yang semuanya dijaga tetap akomodatif. Artinya, bank-bank jangan khawatir, karena BI akan terus menjaga likuiditas supaya jangan sampai ada keketatan likuiditas," kata Juda.

"Ini kita terus monitor day by day untuk memastikan kondisi likuiditas tetap terjaga, dan juga insentif-insentif likuiditas pada perbankan terus di lakukan untuk mendorong pembiayaan dunia usaha," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya