Bos TikTok Sebut Bakal Investasi di Indonesia Rp 148 Triliun, HIPMI Tegaskan Harus Penuhi Syarat Ini
- Misrohatun Hasanah
Jakarta – Chief Executif Officer TikTok Shou Zi Chew mengungkapkan, pihaknya berencana untuk melakukan investasi di Indonesia sebesar US$10 miliar atau Rp 148 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per dolar AS). Investasi itu akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur data center hingga pemberdayaan konten kreator lokal.
Shou mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan investasi miliaran dolar selama tiga sampai lima tahun ke depan. Investasi tersebut akan difokuskan pada pengembangan infrastruktur data center, pelatihan sumber daya manusia, dan pemberdayaan konten kreator lokal.
"Kami melihat peluang pertumbuhan kami di sini. Dan kami akan untuk berinvestasi lebih banyak di negara ini dan tentu saja di kawasan ini," kata Shou dalam keterangan Selasa, 27 Juni 2023.
Shou menambahkan bahwa TikTok memiliki komitmen untuk mendukung perkembangan ekonomi digital di Indonesia, yang saat ini merupakan pasar terbesar TikTok di Asia Tenggara dengan jumlah pengguna aktif bulanan lebih dari 125 juta.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Perindustrian dan Perdagangan Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Anthony Leong, menyampaikan bahwa TikTok sebagai platform yang sedang nge-tren di kalangan anak muda. Selain itu, banyak juga kalangan lain yang mendapatkan keuntungan di TikTok.
"Jumlah pengguna TikTok yang cukup besar di Indonesia sekitar jumlah pengguna sebanyak 113 juta. TikTok wajib melakukan beberapa hal. Yaitu: kontribusi berupa promosi secara gratis bagi konten lokal dan UMKM, sosialisasi berbagai kebijakan ekonomi, ya minimal keduanya agar ekosistem ekonomi digital di Indonesia semakin maju," ujarnya.
Anthony yang juga merupakan pakar digital menjelaskan jika TikTok investasi di Indonesia sangat bagus. Tapi sekali lagi harus kolaborasi dengan perusahaan dalam negeri di bidang digital dan UMKM agar tercipta ekosistem ekonomi digital yang menguntungkan bagi semua lapisan masyarakat
"Kami hanya ingin, setiap investasi yang masuk ke Indonesia dibidang ekonomi digital, harus mendukung dan menaikkan kelas para UMKM ataupun startup/perusahaan anak bangsa. Harus ada program kongkret kolaborasinya dengan anak bangsa, influencer lokal, dan sustainable sinerginya," ungkap Anthony.
Anthony juga menyoroti pertumbuhan UMKM digital di Indonesia yang masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Menurut data Bank Indonesia (BI), dari 64,2 juta UMKM di Indonesia, baru 13 persen di antaranya yang telah memasuki pasar digital. Sementara itu, data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa tren digitalisasi UMKM di Indonesia akan meningkat delapan kali lipat pada 2030.